China Kobarkan Perang Dagang Terhadap Australia

CNN Indonesia
Selasa, 19 Mei 2020 07:30 WIB
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (25/6/2019).  Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2019 mengalami surplus sebesar 210 juta dolar AS dengan nilai ekspor mencapai 14,74 miliar dolar AS, sementara nilai impor mencapai 14,53 miliar dolar AS. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/foc.
China memberlakukan tarif impor 80,5 persen atas gandum barley Australia terkait dorongan penyelidikan negara tersebut atas asal usul virus corona. Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi).
Jakarta, CNN Indonesia -- China pada Senin (18/5) kemarin mengumumkan perang dagang dengan Australia dengan mengenakan tarif impor sebesar 80,5 persen untuk gandum barley Negeri Kanguru tersebut. Pengenaan tarif dimulai Selasa ini.

Genderang perang dagang mereka tabuh menyusul penyelidikan pemerintah China terhadap ekspor biji-bijian Australia. Hasil penyelidikan mengungkap China menemukan subsidi dan dumping yang dilakukan Australia.

"Temuan penyelidikan China menunjukkan kebijakan tersebut telah secara substansial merusak industri dalam negeri China," kata kementerian perdagangan Negeri Tirai Bambu dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari AFP, Selasa (19/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peningkatan ketegangan dagang antara Australia dengan China telah terjadi sejak sepekan lalu. Ketegangan dipicu oleh dorongan Canberra untuk menyelidiki asal usul virus corona. Dorongan tersebut telah membuat China memutuskan untuk menangguhkan impor dari empat pemasok daging sapi utama Australia.

Namun, Kementerian Luar Negeri China membantah kaitan antara perang dagang dengan dorongan Australia untuk melaksanakan penyelidikan independen guna mengungkap asal usul virus corona.

Menurut mereka, masalah tersebut merupakan dua hal yang sangat berbeda. Tetapi, Duta Besar China untuk Australia Cheng Jingye bulan lalu mengatakan kepada Australian Financial Review bahwa dorongan penyelidikan oleh Australia dapat memprovokasi boikot konsumen produk Negeri Kanguru di China.

"Publik China frustrasi, kecewa, dan kecewa dengan apa yang dilakukan Australia sekarang," kata Cheng.

Dia menambahkan, "Terserah orang untuk memutuskan. Mungkin orang-orang biasa akan mengatakan 'Mengapa kita harus minum anggur Australia? Makan daging sapi Australia?'"

[Gambas:Video CNN]

(afp/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER