BPS: Waspadai Penurunan Impor Bahan Baku dan Barang Modal

CNN Indonesia
Jumat, 15 Mei 2020 12:04 WIB
Thumbnail video top talks kepala BPS
BPS menyebut impor bahan baku anjlok 9 persen. Padahal, bahan baku dibutuhkan banyak sektor industri, termasuk investasi. (CNN Indonesia/Artho Viando)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) mengimbau pemerintah mewaspadai penurunan impor bahan baku/penolong dan barang modal. Pasalnya, hal itu akan mempengaruhi keberlangsungan sektor industri, perdagangan, investasi, dan pertumbuhan ekonomi.

Kepala BPS Suhariyanto memaparkan impor bahan baku/penolong anjlok 9 persen secara bulanan menjadi US$9,36 miliar. Kemudian, jika dilihat secara tahunan impor tersebut juga turun signifikan mencapai 19,13 persen.

Sementara, impor barang modal secara bulanan sebenarnya masih tumbuh 9 persen menjadi US$1,96 miliar. Namun, nilainya anjlok hingga 17,11 persen jika dihitung secara tahunan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tentunya komposisi penurunan impor perlu diperhatikan dan waspadai. Ini karena kalau impor bahan baku pengaruh ke pertumbuhan industri dan perdagangan, kalau impor barang modal pengaruh ke komponen investasi di pertumbuhan ekonomi," ungkap Suhariyanto dalam video conference, Jumat (15/5).

Lebih lanjut ia menjelaskan penurunan impor juga terjadi pada barang konsumsi meski tak sebesar bahan baku/penolong. Tercatat, impor barang konsumsi turun 4,03 persen menjadi US$1,22 miliar secara bulanan, sedangkan secara tahunan minus 16,57 persen.

Secara keseluruhan, nilai impor pada April 2020 sebesar US$12,54 miliar. Angkanya turun 6,1 persen dibandingkan Maret 2020 yang sebesar US$13,35 miliar.

Bila dirinci, penurunan terjadi khususnya di impor migas yang mencapai 46,83 persen dari US$1,61 miliar menjadi US$850 juta. Kemudian, impor nonmigas minus 0,53 persen dari US$11,75 miliar menjadi US$11,68 miliar.

"Dari segi kode HS, barang impor yang turun adalah plastik dan barang dari plastik, kendaraan dan bagiannya, besi dan baja, senjata dan amunisi, serta logam mulia dan perhiasan," terang Suhariyanto.

Kemudian, beberapa barang impor yang masih menunjukkan kenaikan, antara lain ampas, pupuk, sayuran, mesin dan perlengkapan elektronik, serta beberapa produk kimia. Mayoritas kenaikan impor berasal dari China.

"Impor dari China sudah mulai naik, ini membuktikan recovery (pemulihan) di China terbilang cepat," imbuh dia.

Rinciannya, impor dari China meningkat sebesar US$762,3 juta, Kanada US$84,1 juta, Brasil US$80,6 juta, Amerika Serikat (AS) 28,8 juta, dan Pantai Gading US$23,9 juta.

Sebaliknya, pengiriman barang impor justru turun dari Malaysia senilai US$155,3 juta, Hong Kong US$135,1 juta, Swiss US$120,4 juta, Thailand US$111,4 juta, dan India US$92,1 juta.

[Gambas:Video CNN]

(aud/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER