Jakarta, CNN Indonesia --
Bank Indonesia (BI) menyerap surat berharga negara (
SBN) di pasar perdana sebesar Rp22,8 triliun hingga 14 Mei 2020. Hal ini dilakukan untuk membantu pemerintah dalam membiayai defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 di tengah penyebaran
virus corona.
"Dapat saya sampaikan selama ini sejak keputusan bersama (antara pemerintah dan BI), BI telah membeli SBN Rp22,8 triliun di pasar perdana," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam video conference, Selasa (19/5).
Sebelumnya, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 tentang
Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi COVID-19 memberikan kewenangan bagi BI untuk memberi surat utang tersebut di pasar perdana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, BI dengan Kementerian Keuangan menyepakati skema pembelian SBN tersebut yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 38/PMK.02/2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Keuangan Negara untuk Penanganan Pandemi Covid-19 dan/atau Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan Stabilitas Sistem Keuangan.
"Dalam kesepakatan BI dapat membeli melalui
non competitive bidder sebesar 25 persen dari target lelang maksimal yang dilakukan pemerintah," ujarnya.
Artinya, kata Perry, jika pemerintah melakukan lelang SBN sebesar Rp30 triliun maka BI hanya bisa menyerap maksimal Rp7,5 triliun. Kemudian, untuk lelang surat berharga syariah negara (SBSN) maksimal bisa 30 persen dari target lelang.
Jika dalam proses lelang target pemerintah belum juga tercapai, bank sentral diizinkan kembali membeli SBN di pasar perdana lewat lelang tambahan atau
green shoe option. Bila target pemerintah belum tercapai lagi, maka BI bisa kembali masuk lewat skema private placement dan membeli sesuai target pemerintah dengan harga yang mengacu pada data Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI).
"Itu komitmen BI untuk bisa mendukung dan memastikan pembiayaan fiskal oleh pemerintah melalui pasar perdana. Angka-angkanya akan bergerak secara dinamis dari waktu ke waktu," papar Perry.
Aliran Modal AsingSementara itu, Perry memaparkan bahwa asing tercatat beli bersih (
net inflow) sebesar US$4,1 miliar sejak April 2020 hingga 14 Mei 2020. Posisi ini berbanding terbalik dibandingkan dengan kuartal I 2020 yang tercatat jual bersih (
net outflow) hingga US$5,7 miliar.
"Aliran masuk modal asing kembali membaik mulai April 2020," terang Perry.
Menurutnya, kepercayaan pasar mulai kembali bulan lalu seiring dengan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global. Selain itu, ada kenaikan daya saing aset keuangan domestik dan prospek membaiknya ekonomi Indonesia.
Hal ini membuat nilai tukar rupiah kembali menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang Garuda kini betah berada di area Rp14 ribu-Rp15 ribu per dolar AS.
"Sampai 18 Mei 2020 rupiah menguat 5,1 persen dibandingkan dengan akhir April 2020," pungkas Perry.
[Gambas:Video CNN] (aud/sfr)