Jakarta, CNN Indonesia --
Bank Indonesia (BI) melakukan pelonggaran
moneter lewat instrumen kuantitas atau
quantitative easing (QE) dengan suntikan dana sebesar Rp583,5 triliun sejak awal tahun hingga 19 Mei 2020.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan salah satu upaya QE yang dilakukan adalah membeli surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder sebesar Rp166,2 triliun. Pembelian surat utang dilakukan demi menjaga rupiah tetap stabil di tengah banyaknya aliran modal asing yang keluar.
Lalu, BI juga telah melakukan injeksi ke perbankan lebih dari Rp100 triliun dengan kebijakan penurunan giro wajib minimum (GWM) rupiah. Detailnya, injeksi melalui penurunan GWM pada Januari sampai April 2020 sebesar Rp53 triliun dan Mei Rp102 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemudian juga
swap valuta asing (valas). BI melakukan semua ini tujuannya untuk menginjeksi likuiditas di pasar uang dan bank," ungkap Perry dalam video conference, Selasa (19/5).
Perry mengaku jumlah injeksi likuiditas yang dilakukan BI terus bertambah setiap bulannya. Ia mengklaim total dana yang digelontorkan hingga Mei 2020 meningkat dari akhir April 2020, Rp503,8 triliun.
"Sampai sekarang
quantitative easing BI lebih besar dari angka sebelumnya, ini yang ter-
update," katanya.
Ia berharap langkah ini bisa mendorong pemulihan ekonomi nasional di tengah pandemi virus corona. Perry mengaku terus melakukan koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Kementerian Keuangan dalam melakukan bauran kebijakan ekonomi.
"Sinergi kami perkuat. BI akan pastikan seluruh kebutuhan likuiditas perbankan dan pasar uang terpenuhi. Sementara pemerintah memberikan stimulus fiskal untuk masyarakat," pungkas Perry.
[Gambas:Video CNN] (aud/sfr)