Jakarta, CNN Indonesia -- Pandemi
virus corona tak menyurutkan minat masyarakat memborong
parsel untuk berbagi dengan keluarga, teman terdekat, ataupun sekadar dikonsumsi sendiri.
Salah satu penjual parsel rumahan Lidwina (29) mengaku pesanannya meningkat hingga tiga kali lipat. Bahkan, ia harus menambah pegawainya dari tiga orang saat Lebaran tahun sebelumnya menjadi sembilan orang tahun ini.
"Awalnya saya pikir karena ada corona [penjualan] agak turun. Biasanya awal Ramadhan
corporate sudah pesan, tapi sekarang mereka bilang enggak dulu karena lagi corona, jadi sempat agak
down. Saya pikir, mungkin nanti pertengahan ramai.
Eh, dua minggu lalu mulai ramai jadi bersyukur lebih membludak dari tahun sebelumnya," tuturnya kepada
CNNIndonesia.com.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lidwina mengaku telah melayani pesanan sebanyak 350-400 parsel di Ramadan kali ini. Angka ini bertambah drastis dari tahun lalu sebanyak kurang lebih 150 pesanan. Tak tanggung-tanggung, untuk memproses pengemasan, Lidwina bahkan sampai harus menyewa sebuah rumah.
Wanita yang telah menjalankan bisnis selama tujuh tahun ini, mematok harga untuk parsel makanan ringan mulai dari Rp125 ribu hingga Rp1,5 juta. Sedangkan parsel sembako ditawarkan di rentang Rp100 ribu -Rp750 ribu per kemasan.
Untuk tahun ini, lanjut Lidwina, jumlah pesanan parsel sembako bertambah. Biasanya, parsel sembako dipesan untuk kebutuhan donasi. Ada pula beberapa warga yang tak bisa mudik mengirimkan parsel sembako untuk sanak keluarganya di kampung.
 Pandemi Covid-19 tak membuat penjualan parsel surut. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Harvey Darian) |
"Kemarin saya dapat pesanan 250 parsel sembako dari perusahaan diberikan kepada toko-toko langganan mereka. Saya pikir itu untuk ucapan terima kasih dan mengikat kesetiaan," imbuh Lidwina.
Soal kendala, Lidwina hanya terganggu oleh proses belanja perlengkapan kemasan parsel. Jika tak belanja di supermarket, Lina harus mencari tempat lain secara daring karena tempat langganannya tutup akibat pandemi.
Senada, Kiki (25) juga mengaku mengantongi penjualan hingga dua kali lipat pada tahun ini. Menurutnya, masyarakat berburu parsel maupun
hampers lantaran tidak dapat bertemu langsung dengan keluarga atau temannya selama pandemi.
"Jadi orang tidak bisa ketemu, terus kirim sesuatu,
giving each other. Pesanan yang aku buat juga kebanyakan buat orang lain, dari si pemesan ini. Kebanyakan kartu ucapan Lebaran dan semoga selalu sehat makin banyak," kata Kiki.
Kiki sendiri mengelola toko kue kering, Adlersbaker, sejak tiga tahun lalu. Selain menyediakan
hampers kue kering, Kiki juga menawarkan
brownies dan
pie.
Ia mematok
hampers miliknya mulai dari Rp200 ribu hingga Rp500 ribu. Namun, sejumlah pelanggan memilih untuk mengkombinasikan pesanan mereka.
Pada Ramadan kali ini, Kiki menerima pesanan hingga ratusan paket
hampers maupun bingkisan kue kering. Tak tanggung-tanggung, ia bisa mengantongi omset hingga ratusan juta rupiah.
"Kami dari tanggal 20 Mei sudah
close order karena sudah
full banget pesanan," ujarnya.
Senasib dengan Wina, pembatasan sosial menjadi kendala Kiki dalam menjalani bisnis ini di masa pandemi. Untuk itu, Kiki mengandalkan belanja bahan melalui
marketplace meski sering kali pesanan datang terlambat.
[Gambas:Video CNN] (ulf/asr)