Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak beroperasi pada 2014, data pemanfaatan pelayanan kesehatan BPJS Kesehatan terus meningkat. Salah satu peserta yang merasakan keuntungan jadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) saat itu adalah Juliana yang menderita gagal ginjal.
Juliana divonis untuk cuci darah ketika wanita 22 tahun itu duduk di semester enam, pada 2013. Tiga kali menjalani cuci darah, ia lalu memutuskan berhenti karena tersandung masalah biaya. Bahkan selama tiga bulan ia tidak melakukan prosedur tersebut, sampai tubuhnya benar-benar drop.
"Terpaksa kembali saya melakukan cuci darah. Selama setahun cuci darah, biaya yang sudah dikeluarkan keluarga saya mungkin sudah mencapai Rp250 juta. Rasanya ingin menangis setiap hari, tidak tega sama orang tua," kata Juliana.
Kehadiran JKN-KIS menimbulkan harapan baru. Juliana segera mendaftarkan diri. Ia sendiri menyebut tak tahu sudah berapa kali memanfaatkan kartu KIS sekitar lima tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Entahlah, kalau tidak ada Program JKN-KIS ini harus berapa banyak lagi uang yang harus dikeluarkan untuk cuci darah. Apalagi setahun belakangan ini saya sudah disuruh untuk tiga kali seminggu cuci darah. Saya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Program JKN-KIS ini," ujarnya.
Menurut Juliana, ia tidak merasakan perbedaan pelayanan kala masih berstatus sebagai pasien umum, dan saat sudah menjadi peserta JKN-KIS. Ia mengatakan, tak perlu menunggu sakit untuk mendaftarkan diri dalam program kesehatan ini.
"Jika jatuh sakit, tidak perlu risau memikirkan biaya. Mungkin untuk berobat sekali dua kali dengan uang sendiri, masih mampu. Tapi kalau harus dilakukan seumur hidup seperti cuci darah yang saya alami, pasti ada titik di mana kita tidak mampu lagi menanggung biayanya. Oleh karena itu, sebaiknya kita mendaftar JKN-KIS mumpung masih sehat," kata Juliana.
(rea)