Jakarta, CNN Indonesia -- Sudah delapan tahun Gatot Trilogi jadi pasien hemodialisa atau cuci darah. Gatot adalah peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) dari segmen Pekerja Penerima Upah (PPU). Berkat program tersebut, ia tak perlu khawatir dengan biaya pengobatan.
Jika jadi pasien umum di RSUD Saiful Anwar Malang, Gatot harus membayar sekitar Rp800 ribu sampai Rp1 juta setiap kali cuci darah. Padahal ia harus menjalani pengobatan sebanyak dua kali seminggu. Ia mengaku benar-benar bersyukur prosedur hemodialisa ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
"Jadi kalo sebulan berarti delapan kali, tentunya biayanya cukup besar. Selama delapan tahun ini saya menjalani pengobatan rutin cuci darah di RSUD Saiful Anwar dan saya tidak perlu merasa khawatir terkait biaya pengobatannya," kata Gatot.
Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai guru sekolah menengah pertama di Malang itu menyampaikan rasa terima kasih kepada para peserta JKN-KIS lain yang rutin membayar iuran bulanan. Gatot lantas mengungkapkan apresiasi terhadap pelayanan kesehatan yang ia terima.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama menjalani hemodialisa, Gatot menyebut tak pernah mengalami perbedaan pelayanan kesehatan sama sekali dari pasien umum. Ia menilai semua pasien diperlakukan sama. Namun Gatot mengingatkan, tak perlu menunggu sakit untuk jadi peserta JKN-KIS.
"Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua peserta JKN-KIS yang telah membayar iuran rutin setiap bulannya, apalagi untuk mereka yang tidak pernah memanfaatkan pelayanan kesehatan. Tanpa disadari, iuran mereka telah membantu membiayai peserta yang sakit seperti saya ini,"
Hemodialisa atau cuci darah merupakan salah satu pelayanan kesehatan dari BPJS Kesehatan. Prosedur tersebut berguna agar pasien dapat melanjutkan kehidupan. Layanan cuci darah dapat diperoleh oleh semua peserta JKN-KIS dengan status kepesertaan aktif, sesuai indikasi medis dan dengan mengikuti prosedur yang berlaku.
(rea)