Jakarta, CNN Indonesia -- Laju
konsumsi rumah tangga
Jepang pada April lalu mencatatkan rekor terburuk dalam dua dekade terakhir atau sejak 2001.
Berdasarkan data Kementerian Urusan Luar Negeri Jepang, belanja rumah tangga turun 11,1 persen dari periode yang sama tahun lalu. Hal itu diperparah dengan kenaikan pajak penjualan pada akhir 2019.
Penurunan pengeluaran itu sejalan dengan ekspektasi pasar yang turun 12,75 persen. Hal ini menandai penurunan selama tujuh bulan beruntun sejak pemerintah menaikkan pajak penjualan pada Oktober 2019.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Virus corona memberikan dampak yang serius pada ekonomi termasuk pengeluaran yang dilakukan oleh individu," Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga seperti dilansir
AFP, Jumat (5/6).
Penurunan belanja rumah tangga sebagian besar disebabkan oleh penurunan pengeluaran untuk sektor transportasi, telekomunikasi, dan rekreasi.
Data penurunan belanja rumah tangga ini keluar setelah Jepang masuk masa resesi pertama sejak 2015 pada Mei 2020. Hal ini dikarenakan ekonomi Jepang minus 0,9 persen pada kuartal I 2020 jika dibandingkan kuartal sebelumnya karena pandemi virus corona.
Penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) pada tiga bulan pertama tahun ini mengikuti penurunan 1,9 persen pada kuartal keempat 2019. Penurunan itu disebabkan kenaikan pajak dan topan yang menghantam Jepang sebelum pandemi covid-19 melumpuhkan seluruh sektor bisnis.
Kekhawatiran terkait dampak pandemi covid-19 pada ekonomi juga mengguncang pasar global dan Jepang. Bank of Japan bahkan memperluas pelonggaran moneter darurat dan memangkas perkiraan pertumbuhan di negara tersebut.
Kasus virus corona di Jepang sendiri mencapai 17.064 dan 907 orang meninggal dunia. Catatan tersebut lebih baik dibandingkan negara-negara lain di benua Eropa, Amerika Serikat, Rusia, hingga Brasil yang terkena dampak parah pandemi covid-19.
[Gambas:Video CNN] (jal/sfr)