Ekspor dan Impor China Rontok Digerogoti Covid-19

CNN Indonesia
Minggu, 07 Jun 2020 14:54 WIB
Aktivitas bongkar muat di pelabuhan peti kemas ekspor impor Jakarta International Container Terminal (JICT) di Jakarta, Minggu, 18 September 2016. Presiden Joko Widodo meminta kepada seluruh perusahaan BUMN pelabuhan dan juga kementrian dan lembaga (K/L) terkait agar membuat angka dwelling time di bawah tiga hari. CNN Indonesia/Djonet Sugiarto
China mencatat ekspornya turun 3,3 persen pada Mei. Sedangkan, impornya anjlok 16,7 persen karena lockdown negara-negara di dunia akibat pandemi corona. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Djonet Sugiarto).
Jakarta, CNN Indonesia -- Kinerja ekspor dan impor China pada Mei 2020 anjlok karena perlambatan ekonomi negara-negara di seluruh dunia akibat pandemi virus corona (covid-19).

Biro Statistik China melansir ekspor sektor manufaktur pembangkit listrik turun 3,3 persen dibandingkan tahun lalu. Penurunan ini lebih baik daripada prediksi jajak pendapat para analis Bloomberg yang mencapai 6,5 persen. Diperkirakan angka ini naik karena lonjakan dari ekspor medis.

Sementara itu, penurunan signifikan terjadi pada impor China. Data bea cukai menyebut penurunan impor China sebesar 16,7 persen. Angka ini memburuk dibandingkan sebesar 14,2 persen pada April lalu. Angka itu juga jauh lebih tinggi ketimbang perkiraan analis sebesar 7,8 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengamat menilai penurunan tajam ini terjadi karena China sempat menutup seluruh aktivitas ekonomi pada Februari lalu untuk mencegah penyebaran virus corona.

Saat covid-19 mulai terkendali dan China mulai membuka aktivitas ekonomi, sejumlah negara justru menerapkan lockdown (penguncian wilayah). Walhasil, pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia melambat, permintaan pada produk China pun menurun.

"Pertumbuhan ekspor rebound pada Maret dan April, bahkan ketika lockdown mulai berlaku di luar negeri, karena tumpukan pesanan yang menumpuk sementara pabrik-pabrik China tutup pada Februari," kata Julian Evans-Pritchard of Capital Economics dalam sebuah laporan baru-baru ini, dikutip dari AFP, Minggu (7/6).

Berdasarkan Purchasing Managers Index (MI), tolak ukur aktivitas pabrik di China, masih menunjukkan tren penurunan tajam dalam ekspor.

Untuk mengatasi situasi ini, kota-kota di China menerapkan langkah untuk meningkatkan permintaan lokal. Menurut kantor berita Xinhua, ibu kota China, Beijing, menawarkan kupon senilai 12,2 miliar yuan atau sekitar Rp24 triliun untuk memacu konsumsi.

Di sisi lain, surplus perdagangan China dengan Amerika Serikat (AS) naik 3,7 persen jika dibandingkan tahun lalu menjadi US$27,9 miliar pada Mei.

[Gambas:Video CNN]

(ptj/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER