4,3 Juta Pelanggan PLN Alami Tagihan Listrik Naik 20 Persen

CNN Indonesia
Selasa, 09 Jun 2020 14:59 WIB
Warga memeriksa meteran listrik di kompleks rumah susun (Rusun) Petamburan, Jakarta, Minggu (7/6/2020). PT PLN (Persero) menyiapkan skema perlindungan lonjakan tagihan untuk mengantisipasi kenaikan drastis yang dialami oleh sebagian konsumen, akibat pencatatan rata-rata tagihan menggunakan data rekening tiga bulan terakhir.  ANTARA FOTO/Reno Esnir/aww. *** Local Caption ***
Masa kerja di rumah (WFH) membuat rata-rata tagihan listrik 12,46 persen pelanggan PLN membengkak sekitar seperlima. Ilustrasi. (ANTARA/RENO ESNIR).
Jakarta, CNN Indonesia -- PT PLN (Persero) mencatat lonjakan tagihan listrik rata-rata 20 persen terjadi pada 4,3 juta pelanggan pascabayar saat masa kerja dari rumah (work from home) pada April-Mei 2020.

Jumlah itu sekitar 12,46 persen dari total pelanggan pascabayar yang mencapai 34,5 juta pelanggan.

Jumlah pelanggan dengan kenaikan tagihan terbanyak ada di kisaran 20 persen sampai 50 persen sebanyak 2,4 juta pelanggan. Di luar itu, ada pelanggan yang tagihan listriknya naik 200 persen, 500 persen, sampai 1.000 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kemudian ada yang naik 200 persen, itu sekitar enam persen dari yang naik 20 persen (258 ribu pelanggan). Tapi yang naik 200 persen, lima kali lipat," ujar SEVP Bisnis dan Pelayanan Pelanggan PLN Yuddy Setyo Wicaksono dalam diskusi virtual, Senin (8/6).

Bahkan, berdasarkan laporan yang masuk ke PLN, ada kenaikan tagihan listrik 10 kali lipat di rumah kosong.

"Ya logikanya harusnya tidak, tapi memang ada keluhan itu. Kami cek di lapangan, rupanya kosong, tapi beberapa waktu diisi. Misal itu kontrakan, kos, itu bulan berikutnya diisi jadi dari rata-rata rendah, terus tidak kosong lagi, jadi naik. Ada yang sampai 10 kali lipat, setelah covid-19 ini diisi sampai 10 orang lebih dan naik memang penggunaannya," terang dia.

Yuddy mengatakan secara umum kenaikan terjadi karena tiga hal. Pertama, pemakaian listrik pelanggan kerap meningkat selama masa WFH.

Hal ini dikarenakan aktivitas kerja dan sekolah yang semula dilakukan di luar rumah kini harus dilakukan di rumah. Begitu pula dengan hiburan, misalnya nonton drama korea alias drakor.

"Pas WFH itu, drakor jadi banyak yang tahu, karena kegiatannya di rumah. Jadi nonton drakor di rumah, main game sepanjang waktu di rumah. Ini hiburan yang hindari keluar rumah dan berhubungan dengan listrik," katanya.

Kedua, pemakaian listrik juga semakin bertambah karena momen bulan puasa. "Ramadan kita (masyarakat) bangun lebih awal, masak, dan lainnya. Lampu nyala semua jadi lebih panjang sehingga ada kenaikan dari bulan sebelumnya," tuturnya.

Ketiga, ada perubahan sistem catat meter kWH penggunaan listrik dari sebelumnya rata-rata menjadi riil pada bulan pemakaian.

Sementara untuk pelanggan prabayar, Yuddy mengatakan kemungkinan ada kenaikan meski biasanya tidak terasa bagi pelanggan karena pembayaran sesuai dengan pembelian token sebelum penggunaan.

"Mau pasca dan pra itu sama saja, beda bayar depan belakang saja. Kalau prabayar mungkin tidak berasa karena abis, beli token, abis, beli token. Kalau pascabayar kan langsung berasa. Jadi lebih ke pola konsumsi listrik saja," tandasnya.

[Gambas:Video CNN]

(jal/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER