PLN Catat Ada Tagihan Listrik yang Bengkak 10 Kali Lipat

CNN Indonesia
Selasa, 09 Jun 2020 09:01 WIB
Petugas PLN melakukan pengecekan gardu listrik di komplek Gedung DPR, Jakarta, Jumat, 18 Oktober 2019. PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya bersiaga menjaga keandalan pasokan listrik di Gedung DPR/MPR jelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2019 - 2024 yang akan dilaksanakan pada Minggu, 20 Oktober 2019. CNN Indonesia/Bisma Septalisma
PLN menyebut rata-rata kenaikan tagihan listrik pelanggan 20 persen. Namun, ada juga kenaikan tagihan 200 persen hingga 1.000 persen. (CNN Indonesia/ Bisma Septalisma).
Jakarta, CNN Indonesia -- PT PLN (Persero) mencatat kenaikan tagihan pembayaran listrik pelanggan pasca bayar meningkat rata-rata sekitar 20 persen pada April-Mei 2020 ketika masa kerja dari rumah (work from home). Bahkan, kenaikan tertinggi mencapai 10 kali lipat alias 1.000 persen.

SEVP Bisnis dan Pelayanan Pelanggan PLN Yuddy Setyo Wicaksono menyebut kenaikan rata-rata 20 persen terjadi pada 4,3 juta pelanggan. Jumlah itu sekitar 12,46 persen dari total pelanggan pasca bayar 34,5 juta pelanggan.

Jumlah pelanggan dengan kenaikan tagihan terbanyak ada di kisaran 20 persen sampai 50 persen sebanyak 2,4 juta pelanggan. Namun, ada pula pelanggan yang tagihan listriknya naik 200 persen, 500 persen, sampai 1.000 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kemudian ada yang naik 200 persen, itu sekitar 6 persen dari yang naik 20 persen (258 ribu pelanggan). Tapi yang naik 200 persen, lima kali lipat, 10 kali lipat itu jumlahnya kecil," ujar Yuddy dalam diskusi virtual, Senin (8/6).

Ia pun menjelaskan kenapa listrik mungkin bisa naik hingga 10 kali lipat. Apalagi, laporan yang masuk ke PLN, ada kenaikan tagihan listrik 10 kali lipat di rumah kosong.

"Ya logikanya harusnya tidak, tapi memang ada keluhan itu. Kami cek di lapangan, rupanya kosong, tapi beberapa waktu diisi, misal itu kontrakan, kos, itu bulan berikutnya diisi jadi dari rata-rata rendah, terus tidak kosong lagi, jadi naik. Ada yang sampai 10 kali lipat, setelah covid-19 ini diisi sampai 10 orang lebih dan naik memang penggunaannya," terang dia.

Yuddy mengatakan secara umum kenaikan terjadi karena tiga hal. Pertama, pemakaian listrik pelanggan kerap meningkat selama masa WFH.

Maklum, aktivitas kerja dan sekolah yang semula dilakukan di luar rumah, kini harus dilakukan di rumah. Begitu pula dengan hiburan, misalnya nonton drama korea alias drakor.

"Pas WFH itu, drakor jadi banyak yang tahu, karena kegiayannya di rumah, jadi nonton drakor di rumah, main game sepanjang waktu di rumah. Ini hiburan yang hindari keluar rumah dan berhubungan dengan listrik," katanya.

Kedua, pemakaian listrik juga semakin bertambah karena momen bulan puasa. "Ramadan kita (masyarakat) bangun lebih awal, masak, dan lainnya, lampu nyala semua jadi lebih panjang, sehingga ada kenaikan dari bulan sebelumnya," tuturnya.

Ketiga, ada perubahan sistem catat meter kWH penggunaan listrik dari sebelumnya rata-rata menjadi riil pada bulan pemakaian.

Sementara, untuk pelanggan prabayar, Yuddy mengatakan kemungkinan ada kenaikan pula. Hanya saja, biasanya tidak terasa bagi pelanggan karena pembayaran sesuai dengan pembelian token sebelum penggunaan.

"Mau pasca dan pra itu sama saja, beda bayar depan belakang saja. Kalau prabayar mungkin tidak berasa karena abis, beli token, abis, beli token, kalau pascabayar kan langsung berasa. Jadi lebih ke pola konsumsi listrik saja," tandasnya.

[Gambas:Video CNN]

(uli/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER