Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar
rupiah berada di posisi Rp13.890 per
dolar AS pada perdagangan pasar
spot Selasa (9/6) sore. Posisi tersebut melemah 0,04 persen dibandingkan perdagangan Senin (8/3) sore di level Rp13.885 per dolar AS.
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI)
Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp13.973 per dolar AS atau melemah dibandingkan posisi kemarin yakni Rp13.956 per dolar AS.
Sore ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau terkapar terhadap dolar AS. Mata uang Garuda melemah bersama dolar Singapura sebesar 0,30 persen, dolar Taiwan melemah 0,03 persen, won Korea Selatan menguat 0,58 persen, dan peso Filipina melemah 0,05 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, rupee India melemah 0,09 persen yuan China melemah 0,23 persen, dan ringgit Malaysia melemah 0,23 persen.
Namun, baht Thailand berhasil menguat 0,19 persen dan yen Jepang menguat 0,51 persen terhadap dolar AS. Sedangkan dolar Hong Kong stagnan.
Sementara itu, mayoritas mata uang di negara maju melemah di hadapan dolar AS. Tercatat, poundsterling Inggris melemah 0,64 persen, dolar Australia melemah 1,45 persen, dan dolar Kanada melemah 0,69 persen. Hanya franc Swiss yang berhasil menguat sebesar 0,32 persen.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan koreksi nilai tukar rupiah pada perdagangan sore ini dipicu proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang dirilis Bank Dunia. Lembaga keuangan internasional itu, memprediksi ekonomi global tahun ini minus 5,2 persen. Ini merupakan resesi ekonomi global terdalam dalam 80 terakhir, atau sejak perang dunia pada 1940 silam.
"Sehingga Bank Dunia memperkirakan terdapat kemungkinan paling buruk, yakni kontraksi ekonomi global hingga 8 persen di 2020," ujarnya dalam riset yang diterima
CNNIndonesia.com.[Gambas:Video CNN]Khusus untuk Indonesia, Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi mengalami fase yang mengkhawatirkan yaitu pertumbuhan ekonomi flat di posisi 0 persen. Ia berharap prediksi Bank Dunia itu bisa menjadi cambuk cambuk agar pemerintah dan Bank Indonesia semakin solid dalam menerapkan strategi bauran guna untuk mendongkrak perekonomian
"Outlook terbaru Bank Dunia ini membuyarkan semua proyeksi awal tahun ini, dimana ekonomi global diprediksi tumbuh 2,5 persen di 2020," imbuhnya.
(ulf/sfr)