Jakarta, CNN Indonesia -- Sudah cukup lama Fillemon Henry Wibowo menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) segmen Pekerja Penerima Upah (PPU) Kelas I bersama Anastasia, sang istri. Baginya, besaran iuran bulanan tergolong murah bila dibandingkan cakupan biaya layanan kesehatan yang amat luas.
Bowo menuturkan pengalamannya menggunakan layanan JKN-KIS. Tepatnya, sang istri yang memeriksakan benjolan pada rahim. Saat itu, dokter memberi Anastasia obat untuk observasi.
"Kemudian selang empat hari setelahnya istri saya dirujuk ke RS Fatma Bojonegoro. Ditangani oleh Dokter Angel, dengan berbagai penjelasannya mengharuskan istri saya operasi prolaps untuk pengangkatan benjolan yang diidap istri saya tersebut," ungkap pria 40 tahun itu.
Bowo menyebut puas menerima pelayanan dari fasilitas kesehatan. Ia menilai keharusan mengantre merupakan hal wajar, karena program JKN-KIS diakses oleh masyarakat luas, tidak hanya pribadi dan keluarga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pendete GKJTU Bojonegoro tersebut juga mengungkapkan harapan agar program JKN-KIS dapat terus berjalan. Terlebih, JKN-KIS telah menolong masyarakat terkait jaminan dan pelayanan kesehatan dengan menggunakan prinsip gotong royong untuk sesama.
"Sejauh ini, selama saya menggunakan BPJS Kesehatan tidak pernah dipersulit dan tidak ada kendala. Dalam segi pelayanan, obat, prosedur operasi bahkan sampai kontrol rutin kesehatan istri saya pun masih dijamin dan dilayani dengan baik. Tidak ada biaya yang saya keluarkan," kata Bowo.
(rea)