Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Utama
Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkap dalam masa
new normal, perusahaan memiliki dua strategi yakni bertahan hidup dan beroperasi lebih kompetitif.
"Ini yang menarik untuk diamati. Jadi normal baru itu adalah kesempatan baru. Kami sebagai bangsa sepakat bahwa tata cara interaksi di antara kita harus kita ubah sedikit," ujarnya, dikutip dari Antara, Selasa (16/6).
Irfan memaparkan dalam penerbangan, saat ini calon penumpang diwajibkan untuk melampirkan dokumen kesehatan dengan hasil negatif untuk rapid test atau PCR. Penumpang pun wajib menjaga jarak baik di bandara maupun perusahaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, perubahan kebiasaan ini sulit bagi para calon penumpang. Pasalnya, penerbangan merupakan bisnis kebahagiaan, di mana penumpang dalam kondisi senang dan bahagia selama penerbangan.
"Berdekatan saat ini menjadi
sinful activity (aktivitas berdosa), namun kami harus membangkitkan optimisme dan kami terus melakukan pemahaman untuk
customer behaviour (perilaku pelanggan) karena ke depan cara orang terbang dan memilih tujuan terbang akan berubah," ujar Irfan.
Pihaknya mengaku optimistis industri penerbangan akan bangkit. Irfan melihat maskapai nasional masih memiliki kekuatan pasar domestik, tidak seperti maskapai asing seperti Singapore Airlines, Cathay Airways dan lainnya yang bertumpu pada penerbangan internasional.
"Mereka bisa dikatakan tidak memiliki
domestic market. Kalau kami
domestic market yang sangat kuat seperti Amerika, China, Jepang, dan beberapa negara lainnya. Ketika pasar domestik ini terkena imbas, penerbangan dibatalkan, pemerintah memutuskan tidak terbang lagi ke China, Anda bisa membayangkan implikasi-implikasi terhadap industri atau Garuda," katanya.
Irfan mengungkap saat ini pendapatan yang diraih hanya 10 persen artinya selama pandemi ini sudah anjlok 90 persen dan 70 persen pesawat dikandangkan atau tidak terbang.
Namun pihaknya tidak menjadikan kondisi sulit tersebut sebagai alasan wajar jika perusahaan merugi.
"Jadi ini kewajiban kami. Kami tidak bisa berkelit penerbangan ini merugi. Enggak bisa, kami harus tetap terbang, karena itu lah kewajiban kami," katanya.
Irfan menegaskan maskapai yang tengah dipimpinnya itu harus tetap terbang meski dalam keadaan 'perang' yang berarti perusahaan harus tetap bertahan dan melayani angkutan udara bagaimanapun kondisinya.
"Kenapa Garuda tidak dinamai Pesawat Indonesia oleh Bung Karno. Ini kan jelas sekali menunjukkan kepentingan lebih besar daripada terbang dari satu tempat ke tempat lain. Garuda memiliki kepentingan dan mandat menyambungkan pulau-pulau, suku-suku bangsa, dan memperkenalkan Indonesia ke dunia luar. Oleh karena itu, Garuda harus terbang, bahkan dalam perang pun," pungkas Irfan.
[Gambas:Video CNN]
(age/agt)