Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau
BRI Sunarso menyatakan pemerintah akan memberikan bantuan
kredit modal kerja kepada pelaku
UMKM demi mempertahankan kelangsungan usaha mereka yang tengah tertekan virus corona.
Tapi, bantuan tidak akan diberikan ke semua UMKM. Bantuan hanya akan diberikan kepada pelaku UMKM yang selama ini tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya.
"Saya sampaikan akan ada paket modal kerja. UMKM asal tidak PHK karyawan akan disediakan paket kredit modal kerja dari bank," ungkapnya lewat video conference pada Selasa (16/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia tak merinci berapa besar bantuan yang akan diberikan ke UMKM tersebut dan bagaimana skema pengembaliannya. Ia hanya menyatakan kredit tersebut nantinya akan dijamin oleh perusahaan asuransi kredit.
Sementara untuk premi, nantinya akan dibayar pemerintah lewat APBN.
"(Karena) kredit modal kerja ini berisiko, maka akan dijamin oleh (perusahaan) asuransi kedit sedangkan preminya akan dibayar APBN," sambungnya.
Pada kesempatan sama, Sunarso bilang bahwa tekanan ekonomi yang diakibatkan pandemi virus corona berbeda dengan krisis pada 2008 mau pun 1998. Pasalnya, krisis saat itu tak berdampak besar terhadap pelaku usaha UMKM.
Itu berbeda dengan sekarang. Walau krisis disebabkan masalah kesehatan, tapi ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat ikut terpukul.
[Gambas:Video CNN]
Ini tercermin dari data Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang menunjukkan sebanyak 20 juta pelaku UMKM membutuhkan restrukturisasi kredit. Sebanyak 11,7 juta di antaranya merupakan debitur himpunan bank-bank milik negara (Himbara).
Dan dari 11,7 juta debitur ini, ada 9,6 juta yang merupakan nasabah BRI. Dalam menyalurkan fasilitas restrukturisasi, likuiditas perbankan diakuinya terganggu akibat penundaan penerimaan kredit pinjaman. Juga mengakibatkan menurunnya profitabilitas perseroan.
Dengan kondisi itu, ia memprediksi meski BRI masih dapat mencetak untung pada tahun ini, namun angkanya akan menurun secara signifikan.
"Kami masih bisa untung, laba tetap meski engga besar-besar dan pasti menurun tajam. Kalau tahun lalu Rp34,1 triliun dan menyetor dividen Rp20,6 triliun maka tahun ini kalau laba bisa setengah dari tahun lalu sudah bagus," katanya.
(wel/agt)