Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar
rupiah berada di level Rp
14.020 per
dolar AS pada Kamis (11/6). Posisi tersebut melemah
0,28 persen dibandingkan perdagangan Selasa (9/3) sore yang di level Rp 13.980 per dolar AS.
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.014 per dolar AS atau sedikit menguat dibandingkan posisi kemarin yakni Rp 14.083 per dolar AS.
Pelemahan juga dialami oleh mayoritas mata uang Asia lainnya. Dolar Hong Kong, misalnya, melemah 0,01 persen, sementara dolar Singapura melemah 0,29 persen, dolar Taiwan melemah 0,17 persen, won Korea Selatan 0,46 persen, peso Filipina 0,66 persen, rupee India 0,25 persen, dan yuan China 0,10 persen.Sebaliknya, mata uang baht Thailand tercatat menguat 0,53 persen, diikuti Yen jepang yang menguat 0,28 persen, dan ringgit Malaysia tercatat menguat 0,02 persen
Sementara itu, mata uang di negara maju juga bergerak variatif di hadapan dolar AS. Tercatat, poundsterling Inggris turun 0,11 persen, dolar Australia menguat 0,89 persen, dolar Kanada melemah 0,44 persen dan franc Swiss menguat 0,33 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan terdapat berbagai sentimen negatif yang membuat rupiah terkapar sore ini. Dari sisi eksternal, kebijakan The Fed yang menahan suku bunga acuan tak direspons positif oleh pasar.
Dalam rapat kali ini, The Fed memperkirakan ekonomi AS terkontraksi -6,5 persen. "Jauh memburuk ketimbang proyeksi sebelumnya yang memperkirakan ada pertumbuhan 2 persen. Kemudian tingkat pengangguran pada tahun ini diperkirakan 9,3 persen lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya yaitu 3,5 persen," ucap Ibrahim, Kamis 911/9).
[Gambas:Video CNN]Di samping itu, pasar juga masih dihadapkan pada kekhawatiran Brexit keras (Hard Brexit) jika periode transisi Inggris berakhir (batas waktu 1 Juli 2020) tanpa kesepakatan. Tekanan juga datang dari peningkatan kekhawatiran pasar atas konflik di semenanjung Korea.
"Analis mengkhawatirkan akan adanya agresi dari Korut. Apalagi Agustus ini Seoul dan Washington disebut akan melakukan latihan bersama," imbuhnya.
Sementara dari dalam negeri, penambahan pasien positif virus corona di Indonesia dalam dua hari terakhir selalu mencetak rekor masih menjadi penghambat mata uang garuda untuk dapat terbang.
"Dengan bertambahnya pasien corona tersebut maka prospek ekonomi ke depan diperkirakan bakal tak menentu dan menyebabkan kekhawatiran pelaku pasar yang terlihat dari keluarnya arus modal asing dari pasar keuangan dalam negeri," tambahnya.
(hrf/agt)