Perdagangan dan Manufaktur Paling Terpukul Kalau RI Resesi

CNN Indonesia
Rabu, 17 Jun 2020 16:42 WIB
Deretan gedung bertingkat di Jakarta, Kamis (7/5/2020). Bank Indonesia (BI) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah 2,3 persen pada tahun ini akibat pandemi virus Corona atau COVID-19.  ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/nz
Ekonom menilai sektor perdagangan dan manufaktur yang menyumbang 30 persen terhadap PDB akan terpukul jika RI jatuh ke jurang resesi. (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi).
Jakarta, CNN Indonesia --

Sektor perdagangan dan manufaktur disebut menjadi sektor yang paling terpukul jika Indonesia masuk ke jurang resesi. Padahal, kedua sektor ini menjadi penyumbang terbesar Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, yakni mencapai 30 persen.

Resesi adalah kondisi pertumbuhan ekonomi riil suatu negara mengalami kontraksi atau negatif dalam dua kuartal berturut-turut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kontribusi yang besar ke ekonomi, yaitu sektor perdagangan dan manufaktur, serta UMKM akan kena dampak signifikan akibat covid-19," terang Ekonom Bank Permata Josua Pardede kepada CNNIndonesia.com, Rabu (17/6).

Dua sektor itu bahkan sudah terpuruk sejak kuartal I 2020. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sektor manufaktur hanya mampu tumbuh 2,06 persen hingga Maret 2020.

Pertumbuhan itu melambat dari periode yang sama tahun lalu, yaitu 3,85 persen. Kondisi serupa terjadi pada sektor perdagangan, hanya tumbuh 1,6 persen dari sebelumnya 5,2 persen.

Pelemahan kinerja sektor manufaktur, lanjut dia, terjadi jauh sebelum pandemi covid-19. Kinerja sektor ini selalu berada di bawah pertumbuhan ekonomi.

"Dalam kondisi yang ekonomi lemah tentu bisa lebih melambat dan mungkin bisa mengalami kontraksi. Itu yang bisa menyebabkan pertumbuhan kita melambat signifikan," tambahnya.

Selain dua sektor tersebut, sektor lainnya yang mengalami pukulan ketika terjadi resesi ekonomi adalah UMKM. Sebab, pandemi covid-19 ini mempengaruhi tidak hanya dari sisi produksi, namun juga permintaan.

Oleh sebab itu, ia menilai pemerintah perlu mempercepat pemberian stimulus baik kepada dunia usaha. Tujuannya, agar bisa mengantisipasi dampak lebih buruk kepada dunia usaha akibat covid-19.

Khusus untuk sektor UMKM, pemerintah perlu memaksimalkan restrukturisasi utang dan pemberian subsidi bunga kredit. Ia menilai bentuk stimulus yang diberikan pemerintah melalui Program Pemulihan Ekonomi (PEN) sudah tepat, hanya saja perlu dimaksimalkan realisasinya.

"Tinggal masalah yang menghambat eksekusi dari program ini harus ditangani oleh pemerintah," katanya.

Dihubungi terpisah, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Pieter Abdullah menuturkan resesi ekonomi justru dimulai dari pelemahan sektoral akibat covid-19.

[Gambas:Video CNN]

"Wabah yang berdampak secara sektoral, kemudian berujung ke kontraksi ekonomi atau resesi," ucapnya.

Menurutnya, sektor yang terdampak paling parah akibat covid-19 adalah sektor pariwisata dan perhotelan, akomodasi dan makan minum, serta transportasi dan pergudangan. Sebab, pandemi ini membatasi aliran barang, mobilitas orang, dan aliran uang.

"Jadi semua sektor yang terkait aliran pergerakan barang orang dan uang terdampak, mengalami penurunan yang drastis," tuturnya.

Ia menilai sebaiknya saat ini pemerintah tidak hanya fokus menyelamatkan sektor tertentu lantaran hampir semua sektor terdampak. Sebaiknya, pemerintah melakukan percepatan penanganan untuk mendorong perekonomian.

"Jadi lebih kepada percepatan penanganan pandemi, membantu masyarakat terdampak, membantu dunia usaha yang membutuhkan sekaligus mempersiapkan recovery," tandasnya.

(ulf/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER