Kementerian Perdagangan (Kemendag) mewaspadai penurunan kinerja ekspor nonmigas di tengah pandemi virus corona (covid-19).
"Pandemi Covid telah berdampak ke kinerja perdagangan. Berdasarkan publikasi BPS, meski neraca perdagangan positif tapi dari sisi ekspor turun. Impor turun lebih dalam lagi. Ini perlu kita waspadai," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan Kasan Muhri dalam webinar bertajuk "Akses Pasar UKM Eksportir Indonesia ke Jepang Pasca Covid-19", seperti dilansir dari Antara, Kamis (18/6).
Kasan menuturkan pihaknya telah merumuskan kebijakan strategis yang bertujuan untuk menahan penurunan ekspor lebih dalam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Strategi itu diantaranya mengamankan pasar ekspor utama dan memperluas pasar ekspor baru; meningkatkan daya saing, diversifikasi produk ekspor dan fasilitasi perdagangan; menggiatkan promosi ekspor dan penguatan pencitraan Indonesia; kemudian pemanfaatan e-commerce untuk produk domestik.
Selanjutnya penyederhanaan prosedur ekspor dan kemudahan impor bahan baku/bahan penolong; optimalisasi dan reorientasi peran atase perdagangan dan ITPC; meningkatkan pengamanan perdagangan untuk penyelamatan ekspor di negara tujuan ekspor; serta percepatan penyelesaian perundingan perdagangan internasional.
Kasan menambahkan, sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) juga menjadi perhatian Kemendag. Ia menyebut pemerintah juga terus mendorong agar para pelaku UKM bisa meningkatkan ekspornya secara daring.
"Terlebih fenomena setelah Covid-19 ini transaksi online signifikan peningkatannya," katanya.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2020 surplus US$2,1 miliar, dengan nilai ekspor US$10,53 miliar dan impor US$8,44 miliar.
Nilai ekspor tersebut turun 13,40 persen dibandingkan April 2020, dan anjlok 28,95 persen dibandingkan nilai ekspor Mei 2019.
Sedangkan, nilai impor Mei 2020 merosot 32,65 persen dibanding April 2020, dan minus 42,2 persen dibandingkan Mei 2019.