Pemerintah menargetkan devisa dari sektor pariwisata mencapai US$4,8 miliar sampai US$8,5 miliar pada tahun depan. Target itu tak sampai separuh dari target tahun ini yang dipatok US$19 miliar hingga US$21 miliar.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) sekaligus Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan target tersebut akan dikejar dengan reaktivasi pasar wisata domestik dan mancanegara usai pandemi virus corona. Selain itu, strategi lain dengan percepatan pembangunan destinasi wisata super prioritas. Mulai dari Danau Toba, Borobudur, Lombok, Labuan Bajo, hingga Likupang.
"Lalu diteruskan dengan lima destinasi super prioritas lain, yaitu Bromo Tengger Semeru, Wakatobi, Bangka Belitung, Raja Ampat, dan Morotai," ucap Suharso dalam rapat bersama Badan Anggaran DPR, Kamis (18/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Cadangan Devisa RI Naik Jadi US$130,5 Miliar |
Tak hanya itu, sambungnya, pemerintah juga akan mengupayakan peningkatan devisa pariwisata dari penguatan kawasan wisata Bali, Batam, dan Bintan. Begitu pula dengan pengembangan Benoa untuk mendukung Bali sebagi hub pariwisata.
"Kami juga lakukan reorientasi pada pariwisata yang berkualitas, sehingga tidak hanya berorientasi pada mass tourism," katanya.
Suharso mengatakan bila target tersebut bisa dikejar, maka sektor pariwisata diperkirakan bisa menyerap sekitar 10,5 juta tenaga kerja pada tahun depan. Sementara kontribusi ekonomi dari pariwisata bisa mencapai 4,2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Kendati begitu, target tersebut masih kalah dibandingkan realisasi devisa pariwisata 2019 mencapai US$19 miliar.
Begitu pula dari sisi daya serap tenaga kerja dan kontribusi terhadap perekonomian nasional. Tercatat jumlah tenaga kerja yang berhasil diserap mencapai 12,6 juta orang dengan kontribusi ke perekonomian mencapai 4,7 persen pada 2019.
Namun, ia bilang target tersebut setidaknya meningkat dari outlook realisasi devisa pariwisata yang diperkirakan hanya akan mencapai US$3,3 sampai US$4,9 miliar pada tahun ini. Rendahnya outlook realisasi devisa pariwisata tahun ini tak lepas dari dampak pandemi virus corona.
"Pembatasan mobilitas selama covid-19 menyebabkan industri pariwisata terhenti sementara pada tahun ini," terangnya.