Kepala Bappenas Kritik Kinerja BI Lawan Corona

CNN Indonesia
Selasa, 09 Jun 2020 15:38 WIB
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa
Suharso menilai kinerja bank sentral negara lain dalam menghadapi pandemi lebih baik dibandingkan Bank Indonesia. Ilustrasi. (Humas Kementerian PPN/Bappenas).
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BappenasSuharso Monoarfa mengaku kurang puas dengan kinerja Bank Indonesia (BI) dalam menanggulangi dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian Indonesia. Ia membandingkan dengan kinerja bank sentral lainnya.

"Saya masih merasa kurang puas apa yang dilakukan oleh BI, karena melihat apa yang dilakukan bank sentral di Filipina, Thailand, AS bahkan di China, Jepang jauh lebih baik," ujarnya dalam sebuah diskusi virtual, Selasa (9/6).

Untuk diketahui, bank sentral AS, The Federal Reserves telah mengeluarkan sejumlah paket dan kebijakan untuk menjaga ekonomi. Salah satunya, melalui program main street yang memberikan bantuan kepada perusahaan dan UMKM terdampak virus corona.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, Bank Sentral Eropa (ECB) mengucurkan 750 miliar euro atau US$821 miliar untuk membeli surat utang negara dan surat berharga swasta sebelum akhir 2020.

Sebetulnya, lanjut Suharso, pemerintah telah bekerja sama dengan bank sentral dalam mengatasi dampak pandemi kepada perekonomian Indonesia. Pemerintah dari sisi kebijakan fiskal, sedangkan bank sentral dari sisi moneter. Kedua pihak, lanjutnya telah melakukan burden sharing alias berbagi beban.

Akan tetapi, secara tersirat ia berharap bank sentral bisa meningkatkan burden sharing tersebut. Sebab, menurut dia untuk cara memulihkan ekonomi saat ini adalah dengan menggenjot sektor riil, lantaran sektor ini merupakan mesin pertumbuhan ekonomi yang sesungguhnya.

"Kalau Anda hanya melihat di pasar portofolio itu kan jauh sekali untuk sampai kepada sektor riil. Paling langkahnya, simbolnya hanya di nilai tukar rupiah, selebihnya tidak ada. Hari ini kita tidak hanya membutuhkan nilai tukar rupiah, cadangan devisa karena kita tidak impor hari ini. Jadi yang kita pulihkan adalah industri dan daya beli dalam negeri, jam kerja, itu yang kita hidupkan kembali," tuturnya.

Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan bank sentral telah melakukan berbagai upaya untuk menjaga perekonomian. Secara total, BI telah melakukan pelonggaran moneter dengan instrumen kuantitatif (quantitative easing/QE) sebesar Rp583,5 triliun sejak Januari 2020 hingga 19 Mei. Pada Januari hingga April 2020, BI telah menginjeksi pasar keuangan lewat QE sebesar Rp415,8 triliun.

[Gambas:Video CNN]

Perry menjelaskan beberapa langkah yang telah dilakukan selama periode tersebut tersebut di antaranya membeli surat berharga negara (SBN) yang dijual asing di pasar sekunder sebesar Rp166,2 triliun. Selain itu, term repo perbankan sebesar Rp160 triliun, FX Swap Rp36,6 triliun dan penurunan GWM Rupiah (Januari & April) Rp53 triliun.

Perry mengklaim investor merespons positif bauran kebijakan yang dilakukan antara pemerintah dan BI di tengah pandemi virus corona.

"Kami juga melihat peluang ke depan untuk nilai tukar rupiah menguat. Ini tentu saja dari koordinasi yang erat antara kebijakan fiskal dan moneter," tuturnya belum lama ini.

(ulf/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER