Morgan Stanley memperkirakan ekonomi China menjadi yang pertama pulih dari hantaman pandemi virus corona dibandingkan dengan negara lainnya, baik di wilayah Asia maupun global. Ekonomi Negeri Tirai Bambu itu diramalkan tumbuh 1,5 persen pada kuartal II 2020.
Mengutip riset Morgan Stanley bertajuk Asia Economic Mid-Year Outlook, Selasa (23/6), realisasi pertumbuhan ekonomi China pada kuartal I 2020 minus 6,8 persen. Namun, kuartal II hingga kuartal IV 2020 diprediksi bangkit (rebound) atau positif.
Rinciannya, pertumbuhan ekonomi China pada kuartal III 2020 diprediksi sebesar 5,3 persen dan kuartal IV 2020 sebesar 6,3 persen. Alhasil, secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi di negara itu diramalkan melaju 2 persen pada 2020.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"China memang memimpin pemulihan tidak hanya di kawasan tetapi juga secara global. Negara ini (China) menunjukkan hasil yang positif pada pertumbuhan kuartal II 2020 dan kembali ke posisi pertumbuhan ekonomi sebelum pandemi pada kuartal III 2020," ungkap Morgan Stanley dalam risetnya.
Pada 2021, Morgan Stanley memprediksi pertumbuhan ekonomi China melesat ke 9,2 persen. Detailnya, pertumbuhan ekonomi kuartal I 2021 sebesar 19 persen, kuartal II 2021 sebesar 9,7 persen, kuartal III 2021 sebesar 6 persen, dan kuartal IV 2021 sebesar 5 persen.
China merupakan negara yang pertama kali melonggarkan kebijakan lockdown pada Februari 2020 kemarin. Dengan kata lain, China menjadi negara pertama yang menggerakkan kembali aktivitas ekonomi dibandingkan dengan negara lain.
Kebijakan China pun mulai diikuti negara lain. Misalnya, India, Korea, Filipina, Taiwan, Thailand, Malaysia, dan Hong Kong yang mulai melonggarkan lockdown pada akhir April 2020 atau awal Mei 2020.
Selanjutnya, Indonesia dan Singapura baru mulai melonggarkan pembatasan kegiatan di ruang publik pada awal Juni 2020. Hanya saja, setiap negara tetap menerapkan kebijakan jaga jarak demi menekan penularan virus corona.
Dengan kebijakan itu, Morgan Stanley menilai India, Filipina, Indonesia, Korea, dan Taiwan baru akan pulih pada kuartal IV 2020 atau kuartal I 2021. Kemudian, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Hong Kong mulai pulih pada kuartal II 2021.
Meski mayoritas negara sudah mulai melonggarkan pembatasan di ruang publik, sejumlah investor khawatir ada gelombang kedua penyebaran virus corona. Mereka berpikir gelombang kedua itu akan kembali memengaruhi ekonomi global.
Namun, Analis Bioteknologi AS Matthew Harrison menilai gelombang kedua wabah corona akan lebih mudah ditangani karena bisa terdeteksi lebih awal ketimbang gelombang pertama kemarin.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Morgan Stanley. Lembaga itu menilai gelombang kedua wabah virus corona akan lebih mudah dikelola, sehingga dampaknya tidak signifikan.
Hanya saja, Morgan Stanley mengingatkan ada risiko yang tinggi di India, Indonesia, dan Filipina karena jumlah kasus penularan virus corona terus meningkat setiap hari. Bahkan, akhir-akhir ini jumlah penambahan per harinya selalu mencapai rekor terbaru.
Data pemerintah Indonesia menunjukkan total jumlah kasus positif corona telah mencapai 46.845 kasus per Senin (22/6). Dari total tersebut, jumlah pasien yang dinyatakan sembuh 18.735 orang dan sebanyak 2.500 orang meninggal.