Morgan Stanley Ungkap 3 Faktor Percepatan Pemulihan Ekonomi

CNN Indonesia
Rabu, 24 Jun 2020 07:50 WIB
Foto aerial kendaraan melintas di kawasan Semanggi, Jakarta, Jumat (27/3/2020). Sejumlah ruas jalan utama ibu kota lebih lengang dibandingkan hari biasa karena sebagian perusahaan telah menerapkan bekerja dari rumah guna menekan penyebaran virus Corona atau COVID-19. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/nz
Morgan Stanley memaparkan ada tiga faktor yang harus diperhatikan untuk mempercepat proses pemulihan ekonomi setelah dihantam pandemi virus corona.(ANTARA FOTO/Galih Pradipta).
Jakarta, CNN Indonesia --

Morgan Stanley memaparkan ada tiga faktor yang harus diperhatikan masing-masing negara untuk mempercepat proses pemulihan ekonomi setelah dihantam pandemi virus corona. Faktor pertama, laju pemulihan global dan dampaknya terhadap tiap negara.

Mengutip riset Morgan Stanley bertajuk Asia Economic Mid-Year Outlook, Selasa (23/6), perekonomian di wilayah Amerika Serikat (AS) diprediksi pulih pada kuartal IV 2021 dan Eropa kuartal I 2022. Dampak dari pemulihan di AS dan Eropa akan terlihat dari perbaikan di sektor perdagangan, pariwisata, dan komoditas.

Kemudian, untuk Hong Kong, Singapura, Malaysia, Taiwan, Thailand, dan Korea adalah negara-negara yang bergantung pada kegiatan ekspor. Alhasil, pemulihan ekonomi negara-negara itu akan dipengaruhi oleh perkembangan eksternal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara, beberapa negara bergantung pada permintaan domestik. Negara yang dimaksud adalah Indonesia, India, China, dan Filipina.

"Ini berarti pemulihan di domestik lebih penting karena berorientasi pada permintaan domestik," tulis Morgan Stanley dalam risetnya.

Faktor kedua, bagaimana suatu negara mampu membuat kebijakan yang efektif dalam menangani pandemi virus corona dan dampaknya terhadap permintaan domestik. Morgan Stanley melihat kebijakan yang paling efektif sejauh ini ada di Taiwan, Hong Kong, Korea, dan China.

"Mereka membuat situasi covid-19 terkendali lebih awal dibandingkan negara lain dan kebanyakan tanpa melakukan lockdown," jelas Morgan Stanley.

Lembaga riset itu menilai lockdown justru memberikan dampak yang lebih besar terhadap permintaan domestik. Hal itu khususnya terjadi di Singapura, Thailand, dan Malaysia.

Sementara, India, Filipina, dan Indonesia membutuhkan waktu lebih lama dalam menangani pandemi virus corona. Masalahnya, jumlah kasus positif di masing-masing negara belum turun secara berkelanjutan.

Faktor ketiga, sejauh mana suatu negara memberlakukan pelonggaran dari sisi fiskal. Sejauh ini, negara yang paling agresif dalam memberikan stimulus fiskal adalah China, Singapura, Hong Kong, Indonesia, Filipina, dan India.

Menurut Morgan Stanley, Singapura, Hong Kong, Korea, Taiwan, Thailand, Filipina, Malaysia, dan China masih memiliki ruang fiskal cukup besar. Namun, India dan Indonesia disebut akan mengalami hambatan kebijakan karena kondisi likuiditas yang mengetat.

[Gambas:Video CNN]



(aud/age)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER