Penempatan dana pemerintah Rp30 triliun di bank-bank BUMN disebut menjadi motor penggerak saham emiten bank-bank pelat merah.
Saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BBTN, misalnya, mencatat kenaikan 11,98 persen ke level 1.215. Lalu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BBNI meningkat 8,22 persen ke posisi 4.740.
Kemudian, harga saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk atau BMRI tumbuh 7,52 persen menjadi 5.150, sedangkan PT Bank Rakyat Indonesia atau BBRI meningkat 3,65 persen ke posisi 3.120.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena mengilapnya saham Himpunan Bank-bank Negara (Himbara) tersebut, Founder Ellen May Institute sekaligus Analis Ellen May merekomendasikan beli maksimal dua dari empat saham emiten tersebut.
Sarannya, pilih lah saham yang sesuai dengan kondisi atau karakter investasi demi menghindari risiko sektoral.
"Dari sektor perbankan boleh melakukan cicil beli pada saham BBTN atau BBRI atau BMRI atau BBNI, pilih satu atau maksimal dua yang sesuai dengan kondisi atau karakter investasi," katanya seperti dikutip dari risetnya, Rabu (25/6).
Lebih lanjut, Ellen menyarankan untuk mencermati tantangan perbankan seiring dengan perlambatan ekonomi akibat penyebaran pandemi covid-19.
Ia menyebut ada 3 tantangan yang dihadapi sektor terkait, yaitu rentannya kualitas kredit, rasio kecukupan likuiditas perbankan, dan peningkatan kredit macet (Nonperforming Loan/NPL).
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 70/PMK.05/2020 tentang Penempatan Uang Negara pada Bank Umum dalam Rangka Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), penempatan dana pemerintah di bank BUMN menggunakan mekanisme deposito dengan suku bunga 80 persen dari suku bunga acuan BI.
Penempatan dana tersebut diperuntukkan mendorong sektor riil melalui kredit kepada pengusaha khusus usaha kecil dan menengah (UKM).
Untuk membantu investor menentukan profil bank yang sesuai dengan portofolio investasi masing-masing, berikut adalah ringkasan dari Ellen.
Untuk BBRI, perseroan menyatakan akan fokus pada segmen UMKM dengan prioritas di sektor pertanian. 50 persen dari penyaluran kredit ditargetkan di pedesaan, 30 persen di perkotaan, dan sisanya 20 persen di wilayah suburban.
Sementara BMRI akan fokus mengurusi ekspansi kredit pada sektor yang berpotensi tumbuh, seperti daerah wisata, perdagangan, dan sektor lainnya yang menjadi tumpuan UMKM.
Selanjutnya untuk BBNI, fokus ekspansi kredit adalah industri padat karya dan sektor ekonomi yang mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Terakhir, BBTN berfokus pada penyaluran kredit perumahan, khususnya KPR bersubsidi. Tak hanya itu, perusahaan juga membidik sektor konstruksi yang terkait dengan KPR, baik subsidi maupun non-subsidi.