PT Pertamina (Persero) menargetkan untuk dapat menghentikan impor bahan bakar minyak (BBM) jenis solar atau gasoil pada 2026.
Direktur Utama Nicke Widyawati optimistis hal tersebut bisa dilakukan dengan mempercepat proyek pengembangan kilang, Refinery Development Master Plan (RDMP) dan Grass Root Refinery (GRR).
"Dengan pembangunan empat RDMP dan GRR di 2026 kita sudah tidak lagi melakukan impor malah berlebih kita melakukan ekspor, dan kita hanya perlu sedikit gasoline (bensin) untuk melakukan impor," ujar Nicke di komisi VII DPR, Rabu (1/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembangunan empat RDMP tersebut terdiri dari RDMP Refinery Unit (RU) V Balikpapan; RDMP RU IV Cilacap; dan RDMP RU VI Balongan, RDMP RU II Dumai, serta 2 proyek pembangunan kilang minyak dan petrokimia (Grass Root Refinery/GRR) Tuban dan GRR Bontang.
Menurut Nicke, percepatan penyelesaian proyek tersebut meningkatkan kapasitas produksi bahan bakar dari saat ini sebesar 600.000 barel per hari menjadi 1,7 juta barel per hari.
Di sisi lain, percepatan pembangunan proyek tersebut juga diperlukan untuk mendorong BBM ramah lingkungan, meningkatkan cadangan devisa dan penerimaan pajak.
"Tetapi ini semua tentu perlu kesepakatan banyak pihak semua pihak. Bagaimana ini rencana dari Rencana Umum Energi Nasional," pungkasnya.