Nilai tukar rupiah berada pada posisi Rp14.356 per dolar AS pada Selasa (14/7) pagi. Posisi tersebut menguat 0,47 persen dibandingkan perdagangan Senin (13/7) sore di level Rp14.425 per dolar AS.
Pagi ini, mata uang di kawasan Asia terpantau terpantau bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,09 persen dan dolar Taiwan naik 0,05 persen.
Sementara, dolar Singapura tertekan 0,1 persen, won Korea Selatan minus 0,5 persen, peso Filipina minus 0,19 persen, dan ringgit Malaysia minus 0,15 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal yang sama juga terjadi pada mata uang di negara maju yang terlihat bergerak bervariasi. Poundsterling Inggris minus 0,05 persen, dolar Kanada minus 0,08 persen, dan franc Swiss minus 0,03 persen. Sementara, dolar Australia menguat 0,01 persen.
Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan rupiah diproyeksi tertekan di tengah pelemahan bursa saham Amerika Serikat (AS) dan Asia. Mayoritas investor masih khawatir dengan peningkatan kasus penularan virus corona di global.
"Rupiah mungkin mendapatkan tekanan hari ini setelah indeks saham AS dan Asia melemah karena kekhawatiran pasar terhadap meningginya kasus virus corona secara global," ungkap Ariston kepada CNNIndonesia.com, Selasa (14/7).
Ariston mengatakan beberapa negara bagian di AS kembali melakukan lockdown karena angka penularan terus bertambah signifikan. Keputusan ini jelas mempengaruhi pemulihan ekonomi di Negeri Paman Sam.
Selain itu, rupiah juga berpotensi tertekan oleh meningkatnya ketegangan hubungan AS dan China. Ketegangan meningkatkan kekhawatiran pasar atas situasi ekonomi global.
"Soal hubungan AS dan China, kali ini AS mempermasalahkan klaim kepemilikan China terhadap sumber daya di Laut Tiongkok Selatan," terang Ariston.
Untuk itu, Ariston melihat pergerakan mata uang akan melambat hari ini. Rupiah diproyeksi berada dalam rentang support Rp14.350 per dolar AS dan resistance Rp14.550 per dolar AS.