Perebutan harta warisan Sinar Mas Group Eka Tjipta Widjaja tengah menjadi sorotan. Kisruh bermula dari Freddy Widjaja, putra Eka yang menggugat lima kakak tirinya atas hak warisan berbentuk aset senilai Rp672 triliun.
Tak hanya Sinar Mas Group, sejumlah keluarga tajir lainnya juga sempat terbelit sengketa harta. Perebutan biasanya terjadi setelah pendiri bisnis meninggal dunia.
Berikut daftar keluarga konglomerat yang berebut harta warisan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Anak Pendiri Sinar Mas Group Gugat Hak Waris |
Konflik keluarga "chaebol" atau konglomerat Korea Selatan pemilik Samsung Group dimulai saat generasi kedua meminta jatah keberhasilan bisnis pendiri Samsung, Lee Byung Chul.
Anak pertama Lee, Lee Maeng Hee bersama adik perempuannya, Lee Sook Hee menuntut US$3,54 miliar. Mereka mengklaim, sang ayah meninggalkan warisan berupa sebagian saham untuk dua saudara kandung lainnya. Sementara, Lee Kun Hee yang ditunjuk menjadi penerus Samsung dituding telah merampok warisan jatah mereka.
Lee Maeng Hee dan Lee Sook Hee meminta seperempat saham Lee Kun-hee di Samsung Life Insurance yang nilainya sebesar US$850 juta.
Pengadilan pada 2014 memutuskan Lee Kun Hee tidak bersalah dan menolak tuntutan Lee Maeng Hee dan Lee Kun Hee.
Kerajaan bisnis fashion Italia ini didirikan oleh Guccio Gucci pada abad ke-15 mewarisi generasi kedua Gucci salah satu aset dagang terbesar di dunia. Setelah kematian Guccio pada 1953, putra sulung dari 3 bersaudara Guddi, Aldo Rofoldo, mengambil alih bisnis ayahnya hingga menjadi ikon fashion internasional yang dikenal dunia saat ini.
Pada 1974 saat salah satu putra sekaligus pewaris Gucci, Vasco Gucci, meninggal tanpa seorang anak pun, Aldo dan Rodolfo Gucci memutuskan untuk membagi harta warisan 50:50.
Layaknya banyak perseteruan harta keluarga, goncangan bermula pada generasi ketiga. Masalah bermula saat Paolo Gucci, anak dari Aldo memulai bisnis fashionnya sendiri. Atas tindakannya, Paolo dipecat dan memutus hubungan keluarga.
Sakit hati, Paolo akhirnya menguak kecurangan ayahnya menggelapkan kewajiban pajaknya. Setelah kematian Rodolfo di 1983, hal serupa menimpa pewaris selanjutnya, Maurizio yang kembali berurusan dengan penyelewengan pembayaran pajak.
Skandal tersebut menghancurkan nama baik Gucci dan pada 1991, kekayaan bersih anjlok minus US$17,3 juta. Setelah kegagalan generasi ketiga Gucci, perusahaan dijual dan beralih kepemilikan ke konglomerat Perancis, PPR.
Pada 2016 delapan dari sepuluh anak dari gurita properti Malaysia Loong Yoke Phin berebut harta senilai US$68 juta. Delapan putri Phin yang memiliki kepemilikan minoritas di perusahaan keluarga menggugat putra tunggal dan putri ketiga Phin.
Ke-8 bersaudara tersebut menyebut kedua saudara mereka mengambil alih perusahaan dan memperkaya diri sendiri.
Mereka ingin menguangkan aset peninggalan Loong dengan penjualan yang ke pihak ketiga sekaligus menyudahi bisnis keluarga.
Ketika Dhirubhai Ambani, pendiri perusahaan konglomerat India Reliance Industries tak meninggalkan wasiat sebelum kematiannya pada 2002, pertikaian kedua putranya pun dimulai.
Mukesh Ambani dan Adil Ambani memiliki perbedaan pandangan dalam menjalankan bisnis properti peninggalan ayah mereka yang bernilai US$1 miliar.
Pada 2006, keduanya sepakat untuk menghentikan perebutan perusahaan setelah sang ibu, Kokilaben Ambani, memutuskan untuk membagi harta warisan 50:50 untuk keduanya. Kini Mukesh memegang Reliance Industries dan Anil memimpin Anil Dhirubhai Ambani Group.