Lembaga riset Indikator Politik Indonesia mengungkapkan mayoritas pelaku usaha menilai kondisi ekonomi nasional buruk. Ini berdasarkan survei yang mereka lakukan kepada 1.176 responden pelaku usaha.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan sebanyak 76,4 persen responden mengaku kondisi ekonomi buruk. Rinciannya, 66,4 persen menilai kondisi ekonomi buruk dan 10 persen sangat buruk.
"Pelaku usaha cenderung lebih buruk memandang kondisi ekonomi nasional dibandingkan warga secara umum," ujarnya, Kamis (23/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk diketahui, survei dilakukan kepada 1.176 pelaku usaha dari tujuh sektor. Indikator Politik Indonesia memilih ketujuh sektor tersebut lantaran menyumbang sekitar 69,67 persen Produk Domestik Bruto (PDB).
Jika ditelaah per sektor, maka pelaku usaha dari sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi, dan perawatan mobil serta sepeda motor memiliki bobot penilaian ekonomi buruk paling besar, yakni 81,4 persen.
Lalu, apabila dilihat menurut skala usahanya, maka survei menyebutkan usaha besar memiliki bobot penilaian ekonomi buruk paling besar, yakni 73,5 persen.
"Mayoritas, atau lebih dari 50 persen responden di setiap kelompok sektor ekonomi dan skala usaha menilai kondisi ekonomi nasional buruk atau sangat buruk," ucapnya.
Mayoritas responden mengatakan masalah utama dalam menjalankan bisnis saat ini adalah kondisi ekonomi global yang sedang lesu. Mereka juga mengakui apabila semakin sulit mendapatkan proyek atau pesanan dan ongkos operasional mahal.
Survei ini dilakukan kepada responden dari sembilan provinsi yang menyumbang 74,7 persen PDB Indonesia. Meliputi, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Riau, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Banten, dan Sumatera Selatan.
Pengumpulan data sendiri dilakukan melalui wawancara telepon kepada masing-masing responden. Periode survei berlangsung dari 29 Juni hingga 11 Juli 2020.