Bank Investasi Infrastruktur Asia (Asian Infrastructure Investment Bank/AIIB) mengungkapkan Indonesia punya peluang memulihkan ekonomi dari tekanan ekonomi akibat pandemi virus corona atau covid-19. Caranya dengan mengupayakan agar ekonomi tidak terpuruk lebih dalam pada tahun ini.
Vice President and Chief Administration Officer AIIB Luky Eko Wuryanto mengatakan peluang pemulihan bagi Indonesia terbuka karena memiliki ekonomi yang besar. Hal ini tercermin dari pengakuan dunia yang memasukkan Indonesia dalam forum negara-negara ekonomi utama atau G20.
"Potensi ada untuk recover, semua berpeluang. Tapi potensi saja tidak cukup, harus menjadikan aktivitas ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat umum," ungkap Luky dalam konferensi pers virtual, Selasa (28/7) malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Luky, potensi ini harus dituangkan menjadi kebijakan yang tepat, cepat, dan dilakukan berlandaskan skala prioritas. Ia melihat kunci utama pemulihan bagi Indonesia adalah mengendalikan penyebaran virus corona.
Seperti diketahui, jumlah kasus positif virus corona di Tanah Air terus bertambah dari hari ke hari, bahkan kerap mencetak rekor harian. Saat ini, setidaknya ada 102.051 kasus positif virus corona di dalam negeri.
"Pertanyannya apakah semua effort yang diperlukan untuk menjamin adanya recover tersebut dalam konteks kesehatan, apakah sudah dijalankan maksimal? Karena mau tidak mau itu jadi prasyarat untuk kenyamanan orang untuk berusaha dalam mengembalikan recovery," terangnya.
"Permasalahannya masih cukup panjang untuk Indonesia. Tapi pihak pemerintah Indonesia punya pandangan yang lebih komprehensif," sambungnya.
Kunci kedua adalah menghidupkan kembali denyut nadi aktivitas ekonomi. Untuk hal ini, Luky melihat sebenarnya sudah banyak kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.
Misalnya, memberikan bantuan sosial (bansos) melalui berbagai program. Lalu, memberikan stimulus bagi korporasi dan UMKM di berbagai sektor.
Tak ketinggalan, pemerintah juga meneruskan pembangunan infrastruktur meski di tengah kesulitan anggaran karena kebutuhan dana penanganan dampak pandemi corona cukup besar. Proyek infrastruktur tetap dijalankan agar bisa meningkatkan lompatan ekonomi ketika berhasil pulih.
"Ini yang harus direprioritasi, tidak seperti kondisi normal. Kita harus pilih cermat, mana yang kalau kita lakukan dengan biaya yang tidak terlalu banyak, justru dampaknya sama besarnya," tuturnya.
Menurutnya, berbagai hal sudah dilakukan, namun memang pada akhirnya hasilnya tidak bisa cepat terlihat. Apalagi sekarang permintaan mulai turun, kapasitas produksi pun tidak bisa lagi meningkat karena masih butuh barang baku yang belum tentu bisa tersedia.
"Langsung balik (ke kondisi pulih) juga tidak bisa. Tapi yang harus dicegah adalah upayakan agar kita tidak terpuruk lebih dalam. Itu keniscayaan yang tidak bisa dihindari karena memang kondisinya down term," pungkasnya.
Sebelumnya, berbagai lembaga ekonomi dan keuangan internasional memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan terkontraksi pada tahun ini. Begitu pula dengan Indonesia.
Namun, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa para lembaga internasional turut memperkirakan bahwa Indonesia bisa menjadi negara tercepat pulih setelah China. Proyeksi terakhir dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Indonesia bisa tumbuh positif sedikit di bawah nol persen pada tahun ini.