INSEE, biro statistik Prancis menyatakan pertumbuhan ekonomi negara tersebut mengalami kontraksi atau minus 13,8 persen pada kuartal II 2020 akibat dampak penerapan karantina (lockdown) di masa pandemi corona. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi Perancis dalam tiga kuartal terakhir mengalami kontraksi.
Penurunan kuartal-ke-kuartal yang disesuaikan secara musiman dalam produk domestik bruto (PDB) ini lebih baik dari proyeksi, tapi lebih buruk dari negara-negara Eropa lainnya.
"Pertumbuhan negatif PDB pada paruh pertama 2020 diakibatkan oleh penghentian aktivitas 'tidak esensial' selama lockdown pada pertengahan Maret hingga awal Mei," kata INSEE seperti dikutip dari AFP, Jumat (31/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
INSEE juga memperbarui angka kuartal pertama ketika lockdown baru saja diterapkan menjadi minus 5,9 persen dari perkiraan sebelumnya di kisaran minus 5,3 persen.
Pencapaian pada kuartal II 2020 ini menunjukkan Perancis telah mengalami kontraksi selama tiga kuartal berturut-turut dan kian masuk kian dalam jurang resesi.
Pada kuartal II 2020, kontraksi ekonomi Perancis jauh lebih dalam dari negara-negara Eropa lainnya seperti Jerman yang minus 10,1 persen, Austria kontraksi 10,7 persen, dan Belgia minus 12,2 persen.
Namun penurunan itu lebih baik dari perkiraan INSEE sendiri dari pertengahan Juni yaitu terkontraksi 17 persen. Sementara, bank sentral Prancis memperkirakan penurunan 14 persen pada awal Juli.
Kesepakatan analis yang digunakan oleh Factset adalah penurunan sebesar 15,3 persen dari PDB.
(wel/vws)