Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian mendorong Sinopec Group, perusahaan konglomerat minyak dan gas China untuk segera merealisasikan pembangunan depo minyak senilai Rp12 triliun di Batam, Kepulauan Riau yang sudah terhenti selama delapan tahun.
"Pada 29 Juli 2020 telah disepakati nota kesepahaman antara Sinomart KTS Development LTD, anak perusahaan Sinopec dan PT Batam Sentralindo untuk melanjutkan rencana investasi proyek pembangunan depo minyak di Batam, Kepulauan Riau. Dalam penandatanganan tersebut, Kemenko Perekonomian bersama BP Batam turut hadir sebagai saksi dan menunjukkan dukungan penuh Pemerintah Indonesia untuk mengawal realisasi proyek depo minyak ini," kata Sekretaris Kemenko Bidang Perekonomian Suswijiono seperti dikutip dari ANTARA di Jakarta, Senin (3/8).
Ia menjelaskan syarat-syarat pembangunan dan proyek ini sudah mendapat dukungan penuh dari pemerintah kedua negara. Keberadaan depo minyak diharapkan akan memperkuat kedaulatan energi nasional, khususnya di tengah kondisi dunia yang masih "volatile" dan rentan akan krisis akibat dari pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kesepakatan ini adalah kabar baik. Pemerintah Indonesia meminta dan mendukung Sinopec segera membangun proyek yang sudah direncanakan sejak lama ini," katanya.
Proyek depo minyak di Batam direncanakan dibangun dengan kapasitas 2,6 juta kiloliter. Proyek sudah digagas pembangunannya sejak 2012 lalu.
Peletakan batu pertama pembangunan proyek sebenarnya sudah dilakukan pada 10 Oktober 2012 di lahan seluas 75 hektare di kawasan industri Westpoint Maritime Industrial Park, Batam.
Tapi sampai saat ini pembangunan belum juga selesai.