Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.625 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Selasa (4/8) sore. Posisi tersebut menguat 5 poin atau 0,03 persen dari hari sebelumnya Rp14.630 per dolar AS.
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.697 per dolar AS atau menguat dari Rp14.713 per dolar AS pada Senin kemarin.
Di kawasan Asia, mata uang Garuda menguat bersama baht Thailand 0,38 persen, ringgit Malaysia 0,04 persen, yen Jepang 0,01 persen, dan dolar Hong Kong 0,01 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:IHSG Menghijau ke Posisi 5.075 |
Beberapa mata uang Asia lainnya berada di zona merah, seperti rupee India yang melemah 0,05 persen, won Korea Selatan minus 0,05 persen, peso Filipina minus 0,02 persen, dan yuan China minus 0,01 persen.
Variasi pergerakan mata uang juga terjadi di jajaran mata uang utama negara maju. Dolar Australia menguat 0,36 persen, franc Swiss 0,29 persen, euro Eropa 0,28 persen, dan dolar Kanada 0,15 persen.
Sedangkan rubel Rusia melemah 0,65 persen dan poundsterling Inggris minus 0,03 persen.
Analis Asia Valbury Futures Lukman Leong mengatakan penguatan beberapa mata uang Asia termasuk rupiah terjadi karena dolar AS melanjutkan tren pelemahan dalam beberapa waktu terakhir. Hal ini terjadi karena sentimen rilis data ekonomi global dari beberapa negara.
"Hal ini setidaknya membuat pelemahan rupiah tertahan, meski tipis," kata Lukman kepada CNNIndonesia.com.
Di sisi lain, pasar menanti kepastian dari rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia yang akan diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Rabu (5/8) besok. Ekspektasi pasar sejalan dengan pemerintah dan Bank Indonesia (BI), yaitu pertumbuhan ekonomi negatif pada kuartal II 2020.