Staf Khusus Menteri Keuangan Sri Mulyani, Yustinus Prastowo menyebut kurva pemulihan ekonomi RI kemungkinan tak lagi berbentuk V, L, atau pun W. Pasalnya, ada peluang kurva pemulihan berbentuk centang seperti logo merek dagang Nike.
Hal tersebut dinilainya bisa saja terjadi, karena kontraksi pertumbuhan ekonomi tak sedalam negara lain namun pulihnya lambat, dan panjang (lama).
"Barangkali kurva pemulihan ekonomi bukan V-shape, L-shape, atau W-shape, tapi mohon maaf, mungkin seperti logo Nike. Tidak terlalu dalam, lalu pulih tapi lambat, lama dan panjang. Itu mungkin," katanya, Selasa (25/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setiap negara, lanjut Yustinus, memiliki kurva pemulihan yang berbeda-beda karena setiap pemerintah merespon lewat kebijakan yang sesuai dengan profil dan iklim perekonomian negaranya.
Untuk Indonesia, pemerintah mengkombinasikan dua kebijakan mengintervensi dua sisi ekonomi sekaligus yakni pasokan dan permintaan.
Respon gas-rem pemerintah yang kerap dinilai tidak tegas ini dikatakannya mengacu pada pemulihan keberlanjutan (sustainability recovery).
Lebih lanjut, ia juga menyatakan bahwa desain kebijakan pemerintah disesuaikan dengan kemampuan keuangan. Dana APBN yang terbatas menjadi alasan gelontoran stimulus dikeluarkan sedikit-sedikit sambil mengkalkulasi 'amunisi' pemerintah.
Ia juga mengaku bersyukur meski insentif pemerintah tak jor-joran seperti negara lainnya, namun koreksi pertumbuhan tak sedalam negara tetangga Malaysia atau Thailand.
Sebagai informasi, pertumbuhan ekonomi Malaysia terkontraksi minus 17,1 persen pada kuartal II 2020.
Sementara Thailand telah lebih dulu masuk ke jurang resesi setelah mengalami pertumbuhan minus selama dua kuartal berturut-turut. Pada kuartal II lalu Negeri Gajah Putih mengalami kontraksi hingga 12,2 persen.
Di ambang jurang resesi, Yustinus ingin perdebatan resesi disudahi sebab ia menilai yang terpenting adalah respon pemerintah dalam proses pemulihan.
"Kita punya skenario untuk keluar dari krisis, itu lebih penting dari memperdebatkan, iya atau tidak soal resesi," pungkasnya.