Dolar AS Keok, Rupiah Unjuk Gigi ke Rp14.562

CNN Indonesia
Senin, 31 Agu 2020 16:23 WIB
Rupiah menguat 0,47 persen ke level Rp14.562 pada Senin (31/8) akibat pelemahan dolar AS beberapa waktu belakangan ini.
Rupiah menguat 0,42 ke level Rp14.562 pada Senin (31/8) sore akibat pelemahan dolar AS. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Hesti Rika).
Jakarta, CNN Indonesia --

Nilai tukar rupiah berada di level Rp14.562 per dolar AS pada Senin (31/8) sore. Posisi ini menguat 70 poin atau 0,47 persen dari Rp14.632 pada Jumat (28/8).

Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.554 per dolar AS atau menguat dari Rp14.702 per dolar AS pada Jumat (28/8).

Rupiah memimpin penguatan mata uang Asia dari dolar AS. Penguatan rupiah diikuti oleh yuan China 0,23 persen, ringgit Malaysia 0,2 persen, peso Filipina 0,15 persen, dan dolar Hong Kong 0,01 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa mata uang Asia lain berada di zona merah, seperti baht Thailand minus 0,14 persen, dolar Singapura minus 0,18 persen, won Korea Selatan minus 0,28 persen, rupee India minus 0,3 persen, dan yen Jepang minus 0,5 persen.

Begitu pula dengan mata uang utama negara maju. Beberapa menguat dari dolar AS, seperti rubel Rusia menguat 0,33 persen, dolar Kanada 0,23 persen, franc Swiss 0,11 persen, dan euro Eropa 0,02 persen. Sedangkan dolar Australia melemah 0,04 persen dan poundsterling Inggris minus 0,28 persen.

Analis Asia Valbury Futures Lukman Leong mengatakan penguatan nilai tukar rupiah terjadi berkat pelemahan dolar AS yang berlanjut. Pelemahan mata uang Negeri Paman Sam pun sudah terjadi sejak pekan lalu.

"Secara keseluruhan pelemahan dolar AS merata terhadap mata uang lain di dunia," ujar Lukman kepada CNNIndonesia.com, Senin (31/8) sore.

[Gambas:Video CNN]

Lukman bilang pelemahan dolar AS terjadi karena pelaku pasar masih mempertimbangkan kebijakan suku bunga acuan rendah dari bank sentral AS, The Federal Reserve. Hal ini dilakukan The Fed untuk menstimulus perekonomian negara adidaya itu.

Selain itu, The Fed juga memperkirakan pemulihan ekonomi dunia tidak akan berlangsung cepat di tengah pandemi virus corona atau covid-19. Hal ini mempengaruhi indikator ekonomi lain.

"Inflasi dan tenaga kerja juga sudah diperkirakan akan tetap rendah, jadi mempengaruhi pasar," pungkasnya.

(uli/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER