Faisal Basri Ramal Defisit Neraca Dagang Energi Capai US$80 M

CNN Indonesia
Selasa, 01 Sep 2020 08:43 WIB
Ekonom Faisal Basri meramal defisit neraca dagang sektor energi tembus US$40 miliar pada 2040 mendatang akibat defisit BBM.
Ekonom Faisal Basri meramal defisit neraca dagang sektor energi tembus US$40 miliar pada 2040 mendatang akibat defisit BBM. (ANTARA FOTO/Andika Wahyu).
Jakarta, CNN Indonesia --

Ekonom Senior Faisal Basri memprediksi defisit neraca perdagangan di sektor energi di dalam negeri dapat mencapai US$80 miliar pada 2040 mendatang. Ini terjadi karena defisit bahan bakar minyak (BBM).

"Energi Indonesia sudah defisit. Pada 2040 defisitnya potensinya mencapai US$80 miliar," ucap Faisal dalam video conference, Senin (31/8).

Ia menyatakan defisit BBM pada 2019 lalu mencapai US$15 miliar. Lalu, jika ditambah dengan produk minyak defisitnya naik menjadi US$20 miliar pada tahun lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Syukur gas masih surplus. Tapi surplusnya semakin lama semakin turun. Dia (gas) tidak mampu menutup defisit minyak. Jadi migas defisit, 2019 mencapai US$10 miliar," kata Faisal.

Namun, secara keseluruhan neraca perdagangan di sektor energi masih surplus. Pendoronganya adalah batu bara.

Faisal bilang ekspor batu bara masih tinggi. Dengan demikian total neraca perdagangan energi masih surplus US$8 miliar.

"Namun, 2021 (neraca perdagangan) energi di Indonesia sudah defisit," kata Faisal.

[Gambas:Video CNN]

Sementara, ia bilang kebijakan dari pelaksanaan mandatori campuran biodiesel ke minyak solar juga tak berhasil menekan defisit neraca perdagangan Indonesia di sektor energi.

"Hitung-hitungan kami, boro-boro mengurangi defisit perdagangan, justru defisit perdagangan akibat kebijakan biofuel ini naik," terang Faisal.

Diketahui, pemerintah mengandalkan kebijakan pelaksanaan mandatori campuran biodiesel 20 persen ke minyak solar (B20) dan B30 untuk menekan impor minyak. Pemerintah pun percaya diri hal itu akan berhasil.

Pada tahun lalu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan kebijakan B20 sukses menekan impor minyak. Hal itu tercermin dari peran program tersebut dalam penurunan defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) kuartal III 2019.

Perbaikan defisit salah satunya ditopang penurunan impor migas.

"Ini kan ada perbaikan, impor migas turun. Neraca perdagangan membaik. Ini mencerminkan program B20 berjalan," ungkap Airlangga tahun lalu.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Juli 2020 surplus sebesar US$3,26 miliar. Realisasi ini merupakan surplus terbesar sejak Februari 2020.

Jika dilihat, ekspor Juli 2020 meningkat 14,33 persen dari US$12,01 miliar pada Juni 2020 menjadi US$13,73 miliar. Ekspor ini didominasi oleh non migas yang sebesar US$13,03 miliar atau naik 13,86 persen, sedangkan ekspor migas tercatat US$700 juta atau naik 23,77 persen.

Lalu, impor terlihat turun sebesar 2,73 persen secara bulanan. Namun, jika dilihat secara tahunan anjlok hingga 32,55 persen menjadi US$10,47 miliar pada Juli 2020.

(aud/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER