Jerit Fandi dan Lina Meski RI Belum Terjerat Resesi

CNN Indonesia
Selasa, 01 Sep 2020 17:41 WIB
Pelaku UMKM pasrah jika ekonomi dalam negeri dilanda resesi pada kuartal III 2020 nanti. Pasalnya, sebelum resesi menerpa, usaha mereka sudah tertekan.
Sejumlah pelaku UMKM dan emak-emak sudah pasrah kalau resesi melanda RI. Pasalnya, sebelum resesi menerpa, usaha mereka sudah tertekan dan lesu. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia --

Sejumlah pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) mengaku pasrah dengan ekonomi dalam negeri yang diprediksi mengalami resesi pada kuartal III tahun ini. Pasalnya usaha mereka memang sudah terpuruk akibat pandemi Covid-19 sejak kuartal II lalu.

Salah satu pengusaha percetakan suvernir dan undangan pesta pernikahan di Tangerang bernama Fandi misalnya, nyaris tak memiliki persiapan apapun untuk menghadapi ancaman resesi tersebut.

Maklum, ia sudah merasa limbung karena omset usahanya sudah tertekan. Sudah empat bulan beberapa mesin cetaknya menganggur karena tak ada pesanan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak ada pesta pernikahan di tengah pandemi dan itu artinya sumber penghasilannya dari segmen pelanggan tersebut juga terhenti.

"Sekarang cuma layanin pesanan suvernir saja buat toko-toko yang bikin promosi," ucapnya kepada CNNIndonesis.com Selasa (1/9).

Ia mengatakan untuk bertahan dari tekanan corona sebenarnya sudah berupaya menjajakan dagangannya secara online di market place. Namun, tetap saja usahanya sulit mendapat orderan.

Karena itu pula, meski mengetahui adanya bantuan kredit murah untuk UMKM dari pemerintah, Fandi tak mau mengambilnya. Ia khawatir utang tersebut justru menambah berat beban finansialnya di masa krisis.

[Gambas:Video CNN]

Pasalnya, penghasilan bersih sebesar Rp7 juta yang ia biasa terima per bulan, kini terjun menjadi Rp1,5 juta- Rp2 juta akibat corona.

Imbasnya uang tabungan yang ia kumpulkan untuk membeli alat produksi terus berkurang untuk menutupi kebutuhan harian.

Apalagi, istrinya yang merupakan guru honorer juga kehilangan insentif harian karena kebijakan belajar dari rumah.

"Kemarin mau bayar kontrakan Rp500 ribu per bulan aja susah," ungkapnya.

Ia berharap pemerintah membantunya dengan memberikan bantuan langsung tunai (BLT) untuk pelaku UMKM sepertinya tanpa banyak embel-embel, seperti harus tergabung ke koperasi atau menunjukkan bukti neraca akuntansi usaha.

Sebab selama ini ia bekerja sendirian dan tak sempat memikirkan pencatatan keuangan yang baik dan benar.

"Apalagi informasinya sampai sekarang terbatas banget. Ada yang bilang bisa ke dinas tapi enggak ada layanan pengajuan semacam hotline gitu," tuturnya.

Hal serupa juga dirasakan oleh Lina, seorang ibu rumah tangga di Tangerang. Suaminya yang bekerja di Bandara Soekarno-Hatta sudah dirumahkan sejak sebelum lebaran 2020 lalu.

Karena tak ada penghasilan, ia dan suaminya memutuskan usaha kecil-kecilan menggunakan sisa uang tabungan. Suaminya melayani pesanan reparasi sepeda sementara dirinya menjadi re-seler makanan ringan.

Problemnya, kata Lina, ia punya tanggungan cicilan rumah yang belum lunas. Akhirnya beberapa barang yang tak terpakai di rumah mulai mereka jual.

"Alhamdulillah ada lah yang beli. Mungkin karena memang mau bantu. Soalnya dari (Pemerintah) kan cuma sembako-sembako aja," tuturnya.

Kini Lina dan suaminya memutuskan untuk menjual rumahnya dengan cara over kredit agar mendapatkan dana segar dan bisa membuka usaha yang lebih baik.

Mereka juga memutuskan untuk pindah ke kontrakan yang lebih murah untuk sementara waktu agar uangnya dapat dihemat untuk kembali mencicil rumah.

Ia mengaku tak sepenuhnya mengerti dengan resesi ekonomi dan bagaimana menghadapinya. Yang jelas, kata dia, kondisi saat ini serba susah dan tak tahu sampai kapan akan berlangsung.

"Mudah-mudahan ada rezekinya nanti. Sekarang pasrah aja, enggak usah neko-neko. Selama bisa usaha jalanin dulu," ucapnya lirih.

(hrf/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER