Resesi Di Depan Mata, SMI Proyeksi Ekonomi Kuartal III Minus

CNN Indonesia
Rabu, 02 Sep 2020 12:28 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi ekonomi kuartal III minus, setelah minus 5,32 persen pada kuartal II. Artinya, hampir dapat dipastikan terjadi resesi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi ekonomi kuartal III minus, setelah minus 5,32 persen pada kuartal II. Artinya, hampir dapat dipastikan terjadi resesi. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay).
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi ekonomi kuartal III 2020 minus. Artinya, RI akan masuk jurang resesi setelah pertumbuhan ekonominya pada kuartal II lalu minus 5,32 persen.

Namun demikian, ia tak menyebut pasti apakah kontraksi ekonomi periode Juli-September 2020 akan lebih parah atau membaik dibandingkan kuartal II 2020.

"Diprediksi kuartal III 2020 (Indonesia) alami pertumbuhan negatif," ungkap Ani, panggilan akrabnya, dalam video conference, Rabu (2/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diketahui, suatu negara disebut resesi jika ekonominya tumbuh minus dalam dua kuartal berturut-turut.

Sementara, Ani melihat ekonomi Indonesia pada kuartal IV 2020 juga belum pulih sepenuhnya. Dengan kata lain, ekonomi domestik masih sulit tumbuh positif di tengah pandemi virus corona,

"Ekonomi kuartal IV 2020 masih dalam zona sedikit di bawah netral," terang dia.

Sepanjang tahun ini, ia memprediksi ekonomi Indonesia minus 0,2 persen hingga 1,1 persen. Angka tersebut lebih buruk dari prediksi awal yang minus 0,4 persen sampai positif 2,3 persen.

Namun, pemerintah terlihat lebih optimis pada tahun depan. Ani menargetkan ekonomi positif 4,5 persen sampai 5,5 persen pada 2021.

Hanya saja, pemulihan ekonomi baru akan benar-benar terlihat pada semester II 2021. Ia berpendapat pemulihan ekonomi pada semester I 2021 belum cukup kuat.

"Jadi semester I tahun depan tidak bisa diasumsikan pemulihan ekonomi yang full power (kekuatan penuh)," kata Ani.

Ia menambahkan pemulihan ekonomi belum akan maksimal pada paruh pertama tahun depan karena terhalang pandemi virus corona. Wabah itu diprediksi masih menahan konsumsi dan investasi pada awal 2021.

"Sehingga ekonomi sangat tergantung dengan pemulihan pada semester II 2020," pungkasnya.

[Gambas:Video CNN]



(aud/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER