Direktur Utama PT Bank Central Asia (Tbk) atau BCA Jahja Setiaatmadja menyatakan terdapat peluang pembobolan rekening bank melalui nomor telepon yang sudah lama tak terpakai atau mati. Nomor tersebut bisa saja digunakan sejumlah oknum untuk melakukan transaksi lewat mobile banking.
Jahja menyatakan pembobolan bisa dilakukan bila pemilik nomor tak mengatur password secara rumit atau hanya dengan tanggal lahir dan angka 123. Hal ini sudah terjadi beberapa kali di BCA.
Namun, ini bukan satu-satunya modus pembobolan rekening bank di Indonesia. Modus lama yang sudah dikenal banyak orang, yakni skimming ATM juga masih saja terjadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Skimming bisa diartikan sebagai pencurian informasi dari kartu kredit dan debit. Jahja menjelaskan modus skimming dilakukan dengan cara menggandakan kartu.
"Kadang-kadang terjadi di ATM maupun di merchant" ujar Jahja kepada CNNIndonesia.com, Kamis (9/3).
Berdasarkan catatan CNNIndonesia.com, skimming masih terjadi beberapa tahun terakhir. Pada Maret 2019 lalu misalnya, modus skimming terjadi lewat ATM BCA.
Pelaku skimming tersebut berhasil ditangkap Polda Metro Jaya. Pelaku berinisial RP itu disebut-sebut menggunakan jilbab untuk menyamarkan identitas.
Selain itu, modus skimming juga pernah terjadi awal tahun ini lewat ATM PT Bank Negara Indonesia (Persero). Manajemen BNI Cabang Kendari menyatakan ada penarikan uang nasabah yang terkena pencurian tabungan dengan modus penggandaan identitas kartu ATM atau skimming pada Januari 2020.
Bidang Layanan BNI Cabang Kendari Ikram menyatakan pihaknya mendeteksi pelaku berada di Semarang hingga Filipina. Sementara, nasabah korban skimming berasal dari bank lain, namun menjadi korban karena menggunakan ATM BNI di lokasi tertentu.
Kemudian, Jahja menambahkan modus pembobolan rekening tak hanya itu. Modus pembobolan juga bisa dilakukan lewat penipuan menggunakan nomor kontak nasabah yang sengaja di- hack atau diretas oleh sejumlah oknum.
"Banyak juga nomor kontak di-hack lalu mengaku teman, menawarkan produk murah, pinjam, dan lain-lain. Sehingga nasabah yang tidak curiga bawah temannya ganti nomor jadi tertipu," pungkas Jahja.