Nilai tukar rupiah berada di level Rp14.750 per dolar AS pada Jumat (4/9) sore. Posisi ini menguat 27 poin atau 0,19 persen dari Rp14.777 pada Kamis (3/9).
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.792 per dolar AS atau menguat dari Rp14.818 per dolar AS pada Kamis (3/9).
Di kawasan Asia, rupiah menguat bersama rupee India 0,6 persen, yuan China 0,15 persen, baht Thailand 0,1 persen, dan dolar Singapura 0,07 persen. Sedangkan dolar Hong Kong stagnan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa mata uang Asia lainnya melemah dari dolar AS, seperti won Korea Selatan minus 0,13 persen, ringgit Malaysia minus 0,1 persen, peso Filiipina minus 0,07 persen, dan yen Jepang minus 0,01 persen.
Mayoritas mata uang utama negara maju menguat dari dolar AS. Rubel Rusia menguat 0,32 persen, dolar Kanada 0,3 persen, dolar Australia 0,27 persen, poundsterling Inggris 0,21 persen, dan euro Eropa 0,09 persen. Hanya franc Swiss minus 0,03 persen.
Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan penguatan nilai tukar rupiah terjadi karena pelaku pasar kembali khawatir dengan prospek pemulihan ekonomi AS, meski sempat memberi sinyal perbaikan pada beberapa hari lalu.
Pasar pun menanti rilis gaji non-pertanian AS yang diperkirakan bakal turun ke kisaran 1,4 juta orang pada Agustus 2020. Proyeksi ini turun dari sebelumnya mencapai 1,76 juta orang.
"Masih ada kekhawatiran tentang kekuatan pertumbuhan ekonomi AS," ujar Ibrahim.
Selain itu, ekonomi global juga dipengaruhi oleh negosiasi dagang antara Inggris dan Uni Eropa yang belum menunjukkan kemajuan. Hal ini merupakan imbas dari Brexit.
Sementara di dalam negeri, belum ada sentimen baru yang mempengaruhi pasar selain Rancangan Undang-Undang (RUU) Bank Indonesia (BI) baru yang tengah dibahas di Badan Legislasi DPR.