Vaksin virus corona yang dikembangkan Sanofi bersama GlaxoSmithKline (GSK) Inggris kemungkinan akan dihargai kurang dari 10 euro atau sekitar Rp175.000 per suntikan jika disetujui untuk digunakan.
Hal ini diungkap oleh Kepala Sanofi Olivier Bogillot.
"Harga belum sepenuhnya ditetapkan, kami menilai biaya produksi untuk beberapa bulan mendatang diperkirakan akan di bawah 10 euro," kata Bogillot kepada radio France Inter, dikutip dari Antara, Senin (7/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perusahaan pembuat obat dan lembaga-lembaga pemerintah berlomba untuk menghasilkan vaksin virus corona dan pengobatan untuk covid-19. Penyakit pernapasan ini telah menewaskan lebih dari 879 ribu orang di seluruh dunia dan menghancurkan ekonomi.
Bogillot pun menanggap rencana pesaingnya, AstraZeneca yang diperkirakan memberi harga sekitar 2,50 euro atau sekitar Rp43.700 di Eropa. Menurutnya perbedaan harga bagi karena pihaknya menggunakan semua sumber daya internal, para peneliti dan pusat-pusat penelitian sendiri.
Sedangkan, AstraZeneca melakukan alih daya sebagian dari produksinya. Seorang juru bicara Sanofi mengatakan dalam pernyataan melalui surel bahwa harga akhir akan diputuskan ketika vaksin mencapai tahap pengujian terakhirnya.
"Kami mengantisipasi untuk dapat menentukan harga akhir pada saat uji coba tahap III. Ketika kami mengetahui lebih banyak tentang dosis. Pada tahap ini, angka apa pun tidak tepat. Kurang dari 10 euro hanyalah salah satu hipotesis yang sedang kami kerjakan," papar pernyataan resmi tersebut.
Awal pekan ini, Sanofi dan GSK mengatakan mereka telah memulai uji klinis kepada kandidat vaksin virus corona berbasis protein.
Mereka menargetkan dapat mencapai tahap pengujian akhir, yang juga dikenal sebagai Fase III pada Desember. Jika hasilnya positif, Sanofi dan GSK berharap vaksin itu bisa disetujui pada paruh pertama tahun depan.
Sanofi juga sedang mengerjakan vaksin virus corona lain dengan grup AS yang akan menggunakan teknologi lain yang dikenal sebagai messenger RNA.
(age/agt)