Vaksin Corona Dinilai Tak Ampuh Pulihkan Ekonomi Global

CNN Indonesia
Selasa, 08 Sep 2020 18:30 WIB
Ekonom Capital Economics menyebut asumsi vaksin corona mengubah prospek ekonomi sebagai kekeliruan. Menurut dia, vaksin tidak akan 100 persen efektif.
Ekonom Capital Economics menyebut asumsi vaksin corona mengubah prospek ekonomi sebagai kekeliruan. Menurut dia, vaksin tidak akan 100 persen efektif. Ilustrasi. (iStockphoto/herraez).
Jakarta, CNN Indonesia --

Berbagai perusahaan farmasi berlomba-lomba mengembangkan vaksin corona yang dinilai sebagai senjata ampuh untuk mendorong kembali ekonomi global. Tetapi, sejumlah kalangan meragukan pemulihan ekonomi berjalan cepat setelah vaksin corona ditemukan dan diproduksi massal.

Pasalnya, vaksin biasanya tidak 100 persen efektif dan ada dosis tertentu yang harus diberikan. Belum lagi masalah distribusi, baik antar negara maupun di dalamnya. Bahkan, apabila tantangan tersebut diatasi, beberapa orang mungkin memilih untuk tidak menggunakan vaksin.

Neil Shearing, Kepala Ekonom Capital Economics, baru-baru ini menulis dalam catatan penelitiannya tentang berbagai potensi ekonomi setelah vaksin corona disertifikasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam catatan tersebut, ia menyebut asumsi vaksin corona akan mengubah prospek ekonomi untuk tahun depan sebagai sebuah kekeliruan.

"Di satu ujung spektrum terletak vaksin yang sangat efektif yang diproduksi dan didistribusikan dengan cepat. Di sisi lain, terletak vaksin yang kurang efektif yang menghadapi tantangan produksi dan distribusi yang signifikan dan akan relatif kekurangan pasokan pada tahun 2021," katanya seperti dikutip CNN.com, Selasa (8/9).

Dalam sebagian besar skenario yang ia rancang, kemungkinan langkah-langkah restriktif, seperti social distancing dan pembatasan pada perjalanan warga asing, akan tetap berlaku untuk tahun-tahun mendatang.

Namun, tantangan utama dari pemulihan ekonomi, tegas Shearing, adalah vaksin corona itu sendiri. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan prioritas terhadap vaksin memiliki efektivitas 70 persen, meski telah menetapkan ambang batas minimum untuk vaksin covid-19 sebesar 50 persen. 

Itu berarti, setiap orang yang divaksinasi mungkin masih berisiko terkena infeksi dan berpotensi menghalangi mereka untuk bekerja dan mengeluarkan uang secara optimal.

Masalah pasokan vaksin adalah faktor penting lainnya yang akan mempengaruhi pemulihan ekonomi. Menurut Shearing, Pemerintah AS menyampaikan setidaknya akan ada 1 miliar dosis vaksin pada tahun ini, sedangkan 7 miliar lainnya siap untuk didistribusikan pada 2021.

Namun, angka-angka itu masih sebatas asumsi yang bergantung pada beberapa jumlah vaksin yang lolos uji klinis dan disetujui. Ia memprediksi pasokan yang diproyeksikan pemerintah dapat berubah dan turun signifikan.

Belum lagi, ketersediaan jarum dan alat suntik khusus yang dibutuhkan dalam jumlah besar untuk vaksinasi, tetapi banyak negara termasuk AS tidak memiliki cukup persediaan. Ada juga kekurangan global botol kaca untuk wadah vaksin.

Oleh karena itu lah, menurut dia, WHO tidak optimis vaksinasi meluas sampai pertengahan tahun depan. Di luar masalah tersebut, banyak orang yang masih enggan untuk melakukan vaksinasi.

Menurut survei yang dilakukan oleh Deutsche Bank, hanya 61 persen orang di Prancis yang mengatakan mereka berencana untuk melakukan vaksinasi jika ada yang bersertifikat dalam enam bulan ke depan

Sementara hal yang sama berlaku bagi 70 persen hingga 75 persen orang Jerman, Italia, Spanyol, Inggris, dan Amerika. Di Eropa, hanya setengah dari populasi yang setuju bahwa "vaksin itu aman," kata Deutsche Bank dalam sebuah penelitian tersebut.

"Dari perspektif ekonomi global, masalahnya tidak sesederhana ada atau tidaknya vaksin," kata Shearing.

[Gambas:Video CNN]



(hrf/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER