Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengatakan pemerintah menargetkan ekspor besi dan baja pada 2021 sebesar US$13 miliar-US$15 miliar. Angkanya hampir sama dengan target tahun ini yang sebesar US$13 miliar.
"Tahun depan kami targetkan (ekspor besi dan baja) US$13 miliar-US$15 miliar," ungkap Luhut dalam acara Sarasehan Virtual 100 Ekonom yang ditayangkan langsung CNBC Indonesia, Selasa (15/9).
Kemudian, pemerintah menargetkan ekspor besi dan baja pada 2024 mendatang sebesar US$30 miliar. Angkanya naik dua kali lipat dari target 2021.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu belum termasuk (ekspor) baterai lithium," imbuh Luhut.
Secara keseluruhan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus sebesar US$2,33 miliar pada Agustus 2020. Realisasi tersebut lebih rendah dari surplus US$3,26 miliar pada Juli 2020, namun lebih tinggi dari surplus US$85,1 juta pada Agustus 2019.
Secara total, neraca perdagangan surplus US$11,05 miliar pada Januari-Agustus 2020. Realisasi ini lebih baik dari defisit US$1,81 miliar pada Januari-Agustus 2019.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan surplus neraca perdagangan pada Agustus 2020 terjadi lantaran nilai ekspor lebih tinggi dari impor. Rinciannya, nilai ekspor tercatat US$13,07 miliar dan impor US$10,74 miliar.
Suhariyanto memaparkan kinerja ekspor ditopang oleh ekspor minyak dan gas (migas) yang mencapai US$13,07 juta miliar. Sementara ekspor nonmigas sebesar US$12,46 miliar.
Dari sisi impor, impor migas sebesar US$10,74 juta miliar atau turun 0,88 persen dari bulan sebelumnya. Sementara impor nonmigas senilai US$9,79 miliar atau naik 3,01 persen.