Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengklaim RI akan mendapat aliran investasi besar dari Australia melalui proyek energi terbarukan untuk mendukung pengembangan industri hijau. Namun, Luhut tak menyebut berapa nominal potensi investasi tersebut.
Sinyal investasi ini ditandai dengan penandatanganan akta kesepakatan antara Luhut dengan CEO Fortescue Metals Group (FMG) Andrew Forrest di Kemenko Kemaritiman dan Investasi pada hari ini, Jumat (4/9). FMG merupakan perusahaan industri bijih besi asal Australia.
"Saya yakin upaya kita hari ini akan memperkuat landasan kemitraan untuk membangun masa depan yang lebih cerah bersama. Ini investasi besar yang akan memberikan dampak positif bagi Indonesia," ucap Luhut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencananya, investasi akan mengalir ke proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan kapasitas 60 GW dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi berkapasitas 25 GW. Namun, investasi dari Australia tak termasuk kebutuhan pembangunan infrastruktur dasar dari proyek.
"Investasi ini tidak termasuk infrastruktur pendukungnya, akan memakan puluhan miliar dolar," katanya.
Menurut Luhut, kerja sama investasi ini sangat penting dilakukan di tengah pandemi virus corona atau covid-19. Sebab, kedua negara memiliki potensi mineral dan energi terbarukan yang besar, sehingga patut berkolaborasi.
Selain itu, kerja sama ini bisa mempererat hubungan antara kedua negara yang bertetangga secara geografis. Luhut juga meyakini kerja sama ini akan memberi dukungan bagi pemulihan ekonomi nasional.
"Kesepakatan ini juga memperkuat kebijakan Presiden Joko Widodo untuk mempertemukan langkah-langkah pemulihan ekonomi sebagai bahan utama perjuangan kami melawan pandemi," tuturnya.
Di sisi lain, turut disepakati Surat Pernyataan Minat (Letter of Intent/LoI) antara kedua pihak untuk mengurangi kebocoran sampah plastik ke perairan Indonesia.
Penandatanganan LoI dilakukan oleh Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Maritim dan Investasi Nani Hendiarti dan Andrew Forrest.
Menurut Luhut, Andrew Forest melalui Yayasan Minderoo telah memberikan kontribusi yang signifikan ke lebih dari 280 inisiatif di seluruh dunia dengan menyediakan sekitar 2 miliar dolar Australia, termasuk dalam inisiatif utama untuk lautan.
"Saya percaya penandatanganan LoI akan semakin memperkuat kebijakan Indonesia untuk secara substansial mengurangi kebocoran sampah plastik ke perairan Indonesia," ungkapnya.
Sementara itu, Andrew Forrest mengatakan pengembangan energi terbarukan merupakan upaya kemanusiaan demi terciptanya lingkungan dan industri hijau yang berkelanjutan. "Dan menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat Indonesia," tutur Andrew.
Sedangkan untuk upaya mengatasi sampah plastik, akan ada koordinasi pengolahan sampah plastik dengan sejumlah perusahaan multinasional dan prototipe pertama akan mulai diluncurkan Desember mendatang.