Nilai tukar rupiah berada di level Rp14.843 per dolar AS pada Rabu (16/9) sore. Posisi tersebut menguat 0,01 persen dibandingkan perdagangan Selasa (15/9) sore di level Rp14.845 per dolar AS.
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.84 per dolar AS atau menguat dari Rp14.870 per dolar AS hari sebelumnya.
Sore ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau menguat terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,22 persen, dolar Singapura menguat 0,23 persen, dolar Taiwan menguat 0,16 persen, won Korea Selatan menguat 0,22 persen, dan peso Filipina menguat 0,07 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu rupee India menguat 0,16 persen, yuan China menguat 0,32 persen, ringgit Malaysia melemah 0,28 persen, dan bath Thailand melemah 0,24 persen.
Selanjutnya, mata uang di negara maju masih bergerak variatif terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris melemah 0,14 persen dan dolar Australia melemah 0,19 persen. Sebaliknya dolar Kanada dan franc Swiss menguat masing-masing 0,10 persen.
Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan pelemahan dolar hari ini dipicu aksi tunggu pasar terhadap hasil rapat moneter bank sentral AS, The Fed, yang akan diumumkan dini hari nanti.
"Pasar berekspektasi pernyataan The Fed akan dovish atau pesimis dan akan bersikap mempertahankan kebijakan pelonggaran moneter dalam waktu yang lebih lama," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (16/9).
Meski ekspektasi pasar tersebut bisa membuat dollar AS melemah, namun di sisi lain hal tersebut baik untuk mendorong pemulihan ekonomi negeri Paman Sam. Nantinya hal ini jugalah berimbas positif bagi rupiah karena sentimen pemulihan ekonomi akan membuat investor kembali masuk ke aset berisiko.
"Kalau memang ternyata pernyataan The Fed sesuai dengan ekspektasi pasar, rupiah bisa saja menguat terhadap dolar AS besok dengan potensi kisaran Rp14.750-14.900 per dolar AS," tandasnya.