Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.890 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Kamis (24/9) sore. Posisi tersebut melemah 0,51 persen dibandingkan perdagangan Rabu (23/9) sore di level Rp14.815 per dolar AS.
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.949 per dolar AS atau melemah dari Rp14.835 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya.
Sore ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia kompak melemah terhadap dolar AS. Dolar Singapura melemah 0,22 persen, dolar Taiwan melemah 0,50 persen, won Korea Selatan melemah 0,71 persen peso Filipina melemah 0,16 persen, dan rupee India melemah 0,45 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya, yuan China melemah 0,25 persen, ringgit Malaysia melemah 0,37 persen dan bath Thailand melemah 0,07 persen. Hanya Yen Jepang yang masih menguat 0,05 persen.
Sementara itu, mata uang di negara maju juga bergerak melemah terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris melemah 0,10 persen, franc Swiss melemah 0,06 persen dan dolar Kanada melemah 0,10persen. Hanya dolar Australia yang terpantau menguat 0,35 persen.
Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan sentimen penguatan dolar AS masih berlanjut hari ini. Lantaran itu lah sepanjang hari ini rupiah terus mengalami tekanan.
Penguatan dolar AS sejak pagi tadi sendiri dipicu kekhawatiran pasar terhadap perlambatan pemulihan ekonomi di AS. Hal ini pula yang mendorong indeks saham AS turun dalam semalam.
Menurut Ariston, kekhawatiran perlambatan pemulihan ekonomi di AS muncul karena kasus penularan virus corona masih meningkat. Ditambah, pemerintah AS belum juga menerbitkan stimulus fiskal kedua untuk mendorong pemulihan ekonomi negaranya.
"Tekanan yang sama masih belum hilang sejak pagi. Masih sentimen penguatan dollar AS karena kekhawatiran pemulihan ekonomi global," ujar Ariston kepada CNNIndonesia.com.
Sementara itu dari sisi internal, pergerakan rupiah sepanjang hari ini juga dipengaruhi oleh isu pemulihan ekonomi domestik. Masalahnya, pemerintah baru-baru memastikan bahwa Indonesia akan resesi pada kuartal III 2020.
"Kekhawatiran perlambatan pemulihan ekonomi di tengah pandemi yang masih berlangsung," tandasnya.