Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.700 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Senin (21/9) pagi. Posisi tersebut menguat 0,24 persen dibandingkan perdagangan Jumat (18/9) sore di level Rp14.735 per dolar AS.
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.723 per dolar AS atau menguat dari Rp14.768 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya.
Sore ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau menguat terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,46 persen, dolar Singapura menguat 0,12 persen, dolar Taiwan menguat 0,22 persen, won Korea Selatan menguat 0,21 persen, peso Peso Filipina menguat 0,02 persen, dan rupee India menguat 0,24 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebaliknya, yuan China melemah 0,10 persen, ringgit Malaysia melemah 0,13 persen dan bath Thailand melemah 0,58 persen.
Sementara itu, mata uang di negara maju juga bergerak variatif terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris menguat 0,69 persen persen dan dolar Australia menguat 0,16 persen. Sedangkan franc Swiss melemah 0,22 persen dan dolar Kanada melemah 0,18 persen.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi dalam perdagangan Selasa ada kemungkinan rupiah akan dibuka menguat 10-40 poin di level Rp14.670-14.730 per dolar AS.
Ibrahim menuturkan pelemahan dolar AS terhadap mata uang kawasan Asia dipicu pengumuman Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) yang menyatakan tidak akan menaikkan suku bunga hingga tahun 2023, sementara program pembelian aset (quantitative easing/QE) masih akan dilakukan dengan nilai yang sama seperti saat ini.
"Artinya, tidak ada stimulus tambahan dari bank sentral paling powerful di dunia tersebut," ujar Ibrahim dalam keterangan tertulis yang diterima CNNIndonesia.com.
Meski demikian, pasar juga masih menunggu pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell, yang dijadwalkan tampil di depan Kongres AS akhir pekan ini. Rencananya, Powell akan mengelaborasi panduan lebih lanjut tentang pendekatan Fed terhadap inflasi.
"Anggota komite Fed lainnya, termasuk Charles Evans, Raphael Bostic, Lael Brainard, James Bullard, Mary Daly dan John Williams, juga dijadwalkan untuk menyampaikan pidato," imbuhnya.
Sementara dari dalam negeri penguatan terhadap rupiah dipicu rencana pemerintah untuk memproduksi sebanyak 4,2 juta tablet Oseltamivir melalui PT Bio Farma (Persero).
Obat ini digunakan untuk terapi penyembuhan pasien covid-19 di dalam negeri dan akan didistribusikan ke rumah sakit-rumah sakit rujukan covid-19. Obat ini tidak dijual bebas sebab memerlukan resep dokter untuk mengonsumsinya ditambah jumlahnya terbatas.
Pasar, menurut Ibrahim, otpimistis dengan tablet Oseltamivir bisa menekan dan membantu pasien covid-19 kembali sembuh dan pasien yang terkena virus bisa berkurang.
"Wajar kalau arus modal asing kembali masuk ke dalam pasar dalam negeri karena Indonesia secara fundamental masih cukup kuat ekonominya dan ini bisa dilihat dari transaksi valas, obligasi dan SUN di perdagangan DNDF," tandasnya.