Saham Perusahaan Chip Raksasa China Anjlok Gara-gara AS

CNN Indonesia
Senin, 28 Sep 2020 12:38 WIB
Saham perusahaan pembiat chip terbesar di China, SMIC anjlok 7,64 persen lebih akibat kebijakan pengetatan ekspor yang dilakukan AS.
Saham perusahaan Chip asal China anjlok akibat kebijakan pembatasan ekspor AS. Ilustrasi. (Aditya Panji).
Jakarta, CNN Indonesia --

Saham Semiconductor Manufacturing International Corp (SMIC), perusahaan pembuat chip terbesar China jatuh 7,64 persen lebih ke level HK$ 17,10 pada pembukaan perdagangan Senin (28/9) pagi. Saham terjun bebas menyusul laporan media pada akhir pekan kemarin yang menyebut Washington telah memberlakukan kontrol ekspor pada perusahaan tersebut. 

Kontrol ekspor itu merupakan serangan terakhir yang dilakukan AS untuk menghentikan dominasi teknologi atas Beijing.

Departemen Perdagangan AS dilaporkan memerintahkan perusahaan untuk meminta izin sebelum menjual peralatan ke SMIC. Menurut surat yang dikirim ke perusahaan chip komputer besar AS, kebijakan itu mereka tempuh karena peralatan yang dijual ke perusahaan itu dinilai bisa menimbulkan risiko karena berpotensi dimanfaatkan untuk kepentingan  militer.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di bawah aturan baru yang diumumkan oleh Departemen Perdagangan, perusahaan AS yang ingin menjual peralatan ke SMIC sekarang harus mengajukan izin.

SMIC belum mengeluarkan pernyataan soal kebijakan AS tersebut. Tetapi beberapa waktu lalu mereka membantah memiliki hubungan apa pun dengan militer China.

"Perusahaan memproduksi semikonduktor dan menyediakan layanan hanya untuk pengguna akhir sipil dan komersial serta pengguna akhir," kata SMIC.

[Gambas:Video CNN]

SMIC adalah produsen chipset terbesar di China dan pilar utama rencana Beijing untuk mencapai kemandirian semikonduktor.

Didukung oleh beberapa entitas milik negara, SMIC sebenarnya telah membuat langkah-langkah untuk meningkatkan kemampuan chip China.

Tetapi upaya tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan.

(sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER