Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.900 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Senin (28/9) sore. Mata uang Garuda melemah 0,18 persen jika dibandingkan perdagangan Jumat (25/9) sore di level Rp14.872 per dolar AS.
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.959 per dolar AS atau melemah dari Rp14.951 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya.
Sore ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau melemah terhadap dolar AS. Won Korea Selatan melemah 0,08 persen, peso Filipina melemah 0,05 persen, rupee India melemah 0,24 persen, ringgit Malaysia melemah 0,12 persen, dan bath Thailand melemah 0,29 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebaliknya, yen Jepang menguat 0,22 persen, dolar Singapura menguat 0,15 persen, dolar Taiwan menguat 0,19 persen, yuan China menguat 0,10 persen.
Sementara itu, mayoritas mata uang di negara maju juga bergerak melemah terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris melemah 0,67 persen, dolar Australia melemah 0,17 persen dan dolar Kanada melemah 0,07 persen. Hanya franc Swiss yang terpantau menguat 0,14 persen.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah didorong oleh makin buruknya kondisi pandemi covid-19 di Indonesia.
Pasca Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tahap ke-2 yang diterapkan di Jakarta, masyarakat yang terkena covid-19 terus bertambah, bahkan mencapai rekor tertinggi.
Presiden Jokowi menunjuk Menteri Luhut Binsar Panjaitan untuk mengurangi laju kasus harian, namun upaya itu belum memperlihatkan hasil apapun.
"Masyarakat yang terpapar virus terus bertambah dan apa yang dilakukan oleh Menteri Luhut belum membuahkan hasil, sehingga presiden harus kembali melakukan intervensi agar masalah pandemi covid-19 bisa diatasi dan diawasi dalam pelaksanannya," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.
Terlebih Bank Indonesia (BI) memperkirakan September ini akan terjadi inflasi yang sangat rendah. Berdasarkan perkembangan terbaru Survei Pemantauan Harga (SPH) minggu keempat September, BI memproyeksikan akan terjadi inflasi sebesar 0,01 persen (mom).
Jika mengacu pada SPH minggu pertama-ketiga bulan ini, bank sentral nasional memprediksi deflasi sebesar -0,01 persen (mom). Apabila proyeksi BI benar, maka inflasi bulan September 2020 secara tahun berjalan bakal berada di angka 0,95 persen (ytd) dan secara tahunan sebesar 1,48 persen (yoy).
"Ini pun masih lebih rendah dari sasaran target inflasi BI untuk tahun ini di 3±1 persen," imbuhnya.
Dari sisi eksternal, pergerakan rupiah dipengaruhi kecemasan investor yang mengharapkan Kongres AS untuk meloloskan paket stimulus apapun, yang dianggap penting untuk mendukung ekonomi yang dilanda pandemi, sebelum pemilihan.
Ketua parlemen AS Nancy Pelosi memang tetap optimis bahwa Demokrat dan Republik dapat segera mencapai kesepakatan, dan menambahkan bahwa pembicaraan antara kedua belah pihak terus berlanjut.
Lihat juga:Puluhan Karyawan Bank Permata Positif Corona |
"Tetapi ada kekhawatiran yang berkembang bahwa pemulihan ekonomi melambat karena banyak program stimulus telah berakhir, sehingga membatasi pengeluaran konsumen," imbuhnya.
Dalam penutupan perdagangan hari ini Ibrahim memprediksi mata uang garuda ditutup melemah tipis 27 poin di level Rp14.900 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level Rp14.873 per dolar AS.
"Dalam perdagangan besok pagi mata uang rupiah kemungkinan di buka melemah 60 poin namun dalam penutupan kemungkinan rupiah melemah tipis di level 10-30 poin di level Rp14.890-14.960 per dolar AS," tandas Ibrahim.