Investor diklaim masih minat untuk menanamkan modalnya di sektor logistik. Padahal, sektor logistik saat ini masih lesu akibat tekanan pandemi covid-19.
Menurut Wakil Sekretaris Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia Andreas Surya, masih tingginya minat investor dikarenakan kebutuhan logistik di Indonesia masih tinggi.
"Kenapa masih baik? Masih tinggi karena ada kebutuhan mendasar di Indonesia untuk sarana logistik modern dan membantu efisiensi logistik," imbuhnya, dalam acara Logisly Online Media Session, Rabu (30/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara total, dia mencatat jumlah investasi yang masuk kepada seluruh startup di Indonesia pada sejak awal tahun hingga September mencapai US$750 juta hingga US$900 juta.
Sedangkan, suntikan pada unicorn, seperti Tokopedia, Gojek, Bukalapak, dan sebagainya, angkanya mencapai US$1,5 miliar hingga US$2 miliar.
Dengan demikian, secara total jumlah investasi kepada perusahaan startup di Indonesia tembus lebih dari US$2,5 miliar.
"Angka ini dibandingkan tahun lalu tumbuh. Tahun lalu full year itu US$2,3 miliar dengan Gojek dan unicorn lain. Tahun ini, sembilan bulan US$2,8 miliar, jadi sebetulnya angkanya lebih besar, sampai akhir tahun mungkin akan ada beberapa funding lagi," tuturnya.
Dari jumlah tersebut, investasi yang mengalir kepada startup logistik berada di urutan terbesar ketiga di kisaran US$180 juta. Posisi paling tinggi, yaitu startup makanan dan minuman disusul dengan fintech.
Ia bilang ketertarikan investor pada sektor logistik juga didorong perkembangan sektor e-commerce. Ia mencatat pertumbuhan transaksi belanja e-commerce sebesar 20 persen belakangan ini, khususnya di kota-kota besar.
"Itu menunjukkan investor di startup tidak hanya melihat hanya satu tahun, tapi melihat karena covid-19 ada beberapa perilaku konsumen berubah, belanja, membayar berubah, mau pinjam uang caranya juga berubah," katanya.