BPS Soroti Deflasi 3 Bulan Beruntun Penanda Daya Beli Turun

CNN Indonesia
Kamis, 01 Okt 2020 13:00 WIB
BPS menilai deflasi yang terjadi sejak Juli hingga Agustus menunjukkan daya beli masyarakat yang belum pulih. Kondisi ini terakhir terjadi pada 1999.
BPS menilai deflasi yang terjadi sejak Juli hingga Agustus menunjukkan daya beli masyarakat yang belum pulih. ilustrasi. (Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Pusat Statistik (BPS) menyoroti pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang mengalami deflasi tiga bulan berturut-turut. Kondisi ini terakhir terjadi usai krisis ekonomi pada 1999.

Kepala BPS Suhariyanto mencatat deflasi tiga bulan berturut-turut terjadi sebesar minus 0,1 persen pada Juli, minus 0,05 persen pada Agustus, dan minus 0,05 persen pada September 2020.

"Jadi terjadi deflasi dalam tiga bulan berturut-turut pada tahun ini. Terakhir deflasi berturut-turut terjadi pada 1999, waktu itu mulai Maret sampai September, berturut-turut dalam tujuh bulan," ucap Suhariyanto saat konferensi pers bulanan inflasi periode September 2020 secara virtual, Kamis (1/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia melihat kondisi deflasi beruntun menunjukkan bahwa daya beli masyarakat Indonesia belum pulih dan masih sangat rendah akibat tertekan dampak pelemahan ekonomi di tengah pandemi virus corona atau covid-19.

Pelemahan daya beli juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dalam mengatasi pandemi, misalnya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang menurunkan mobilitas dan aktivitas masyarakat.

"Kita semua tahu, covid-19 menghantam dua sisi, supply terganggu dan demand rendah karena kebijakan untuk menghambat covid, seperti PSBB yang membuat daya beli jadi rendah," jelasnya.

Lebih lanjut, pelemahan daya beli juga terkonfirmasi dari rendahnya inflasi inti. Tercatat, inflasi inti hanya sebesar 0,13 persen secara bulanan dan 1,86 persen secara tahunan pada September 2020.

Inflasi inti September lebih rendah dari bulan-bulan sebelumnya, yakni 0,16 persen pada Juli dan 0,29 persen pada Agustus. Bahkan inflasi inti secara tahunan terus menurun sejak April hingga September.

"BPS bersama Bank Indonesia (BI) pertama kali hitung inflasi inti pada 2004 dan (inflasi inti) pada September 2020 ini terendah sejak 2004 ketika pertama kali kita hitung inflasi inti," tuturnya.

Suhariyanto melihat pelemahan daya beli baik yang tercermin dari deflasi dan inflasi inti terjadi karena sisi permintaan. Sebab, beberapa harga komoditas turun.

Hal ini menandakan dari sisi pasokan, jumlahnya cukup, namun kurang permintaan dari masyarakat. Beberapa komoditas yang harganya turun pada bulan ini adalah daging ayam ras, telur ayam ras, dan bawang merah.

"Ini menunjukkan daya beli kita masih sangat-sangat lemah. Selama kuartal III 2020, daya beli masih lemah. Bahkan, inflasi April-Mei yang ada Ramadan dan Idul Fitri lemah," pungkasnya. 

[Gambas:Video CNN]



(uli/sfr/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER