Investor pasar saham diimbau tidak panik meskipun Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur turun disertai dengan deflasi pada September lalu,
Analis saham dari Ellen May Institute Ellen May mengatakan pasar telah mengantisipasi rilis dua indikator ekonomi itu.
Oleh sebab itu, meskipun PMI manufaktur melemah dan terjadi deflasi, namun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetap menguat ke 4.970 pada penutupan perdagangan, Kamis (1/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebagai investor, jangan panik dan tetap rasional. Hold (tahan) saham pegangan dan siapkan amunisi, dana dingin untuk cicil beli lagi," ujarnya dikutip dari riset.
Ia juga menyarankan investor yang hendak menambah portofolio untuk tidak terlalu agresif. Pasalnya, kondisi pasar belum terlalu kondusif.
Untuk diketahui, PMI manufaktur tercatat sebesar 47,2 di September, atau turun dari 50,8 persen pada Agustus. Ellen mengatakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jilid II menjadi faktor pemicu turunnya PMI manufaktur Indonesia lantaran membuat permintaan produk kembali tertekan.
"Perusahaan pun menekan produksi untuk menjaga stok barang produksi agar tidak terjadi kelebihan persediaan barang jual," tuturnya.
Selain itu, distribusi bahan baku dari pemasok juga menjadi lebih lambat dibanding biasanya. Pada akhirnya, kegiatan produksi menjadi kembali menurun.
Sejalan dengan penurunan PMI manufaktur, Indonesia juga mengalami deflasi 0,05 persen pada September.
Deflasi disebabkan penurunan harga yang terlihat dari turunnya sejumlah indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau minus 0,37 persen dan kelompok transportasi minus 0,33 persen.
"Secara garis besar, penyebab deflasi pada September karena masih lemahnya daya konsumsi masyarakat akibat pandemi yang berlangsung dan PSBB yang kembali dilakukan, sehingga harga-harga secara umum mengalami penurunan," katanya.